Senin, 13 Oktober 2014

PENDEKATAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR



TUGAS
PENDEKATAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
Dosen Pembimbing : Maryam Isnaini D, M.Pd

Mata kuliah : Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Awal





 







Oleh :

Desy Dwi Riana
(121644001)





Oleh :
Kelas C/2012
1.     ARIANING MENITA SARI                        121644037
2.     MOH. ANDI F.R                              121644047
3.     INTAN PERMATA K.                     121644065
4.     NOVINA SUNAWATI                    121644066
5.     SUMARSIH                                      121644069
6.     IMAM FAUZI                                   121644218



JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR

1.      Maryam Isnaini D, M.Pd selaku dosen  pengajar mata kuliah landasan pendidikan
2.      Teman- teman yang telah membantu penyelesaian makalah
                                                                                                   















                                                                                      Surabaya, Oktober 2013



                                                                                   Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul.................................................................................................................... i
Kata pengantar....................................................................................................................... ii
Daftar isi................................................................................................................................ iii
BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB II  PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemerolehan Bahasa....................................................................................... 2
B. Bahasa Indonesia dalam Pemerolehan Bahasa Anak - Anak............................................ 3
C. Tahap - Tahap Perkembangan Bahasa Anak..................................................................... 4
D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................................................. 11
Referensi................................................................................................................................ 12

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak  didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah dasar masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cenderung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika kurang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami materi pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga dalam  mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam  pengajaran
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala  perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam  proses belajar mengajar.

B.       RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari pembutan makalah bahasa ini sebagai berikut :
1.      Bagaimana pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
2.      Bagaimana metode pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
3.      Bagaimana teknik pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
4.      Bagiman model – model pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
5.      Bagaimana strategi pembelajaran bahasa Indonesia di SD?

C.      TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut :
1.    Mengetahui pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
2.    Mengetahui pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
3.    Mengetahui teknik – teknik pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
4.    Mengetahui model – model pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
5.    Mengetahui strategi pembelajaran bahasa Indonesia di SD.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan; demikian pula dengan istilah teknik dan metode. Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan.
Tiga istilah ini pun sering digunakan oleh Richards dan Rogers (1986). Menurut kedua ahli ini, pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu kepada teori-teori, asumsi, dan keyakinan tentang kealamiahan bahasa dan pembelajaran bahasa. Sedangkan metode adalah payung yang menghubungkan secara spesifik antara teori dan praktik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram berikut:

Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 1994 maka dapat disusun rancangan peranan guru, siswa, bahan pembelajaran, tujuan, dan kegiatan pengajaran. Penjelasannya sebagai berikut :

1.      Guru
Peranan guru dalam proses KBM adalah :
a)      Informator : sumber informasi, penyampai informasi berupa ilmu dan pengetahuan umum
b)      Organisator : pengelola KBM
c)      Konduktor : menjaga dan mengatur keserasian proses KBM sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
d)     Katalisator : pengantar kegiatan kea rah tujuan
e)      Pengarah : mengarahkan semua kegiata KBM ke tujuan instruksional
f)       Inisiator : pengambil inisiatif pertama sehingga muncul gairah kerja
g)      Moderator : pengantar siswa ke arah masalah
h)      Transmitter : penyebar ide, ilmu, peraturan, kebijakan pimpinan dll
i)        Fasilitator : pemberi kemudahan belajar bagi siswa
j)        Evaluator : penilai kegiatan pros belajar-mengajar prestasi siswa
2.      Siswa
Menjadi subyek proses belajar mengajar
3.      Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran harus relevan dengan tujuan, tema, dan pembelajaran dan sesuai dengan bakat minat, kebutuhan dan lingkungan siswa
4.      Tujuan
Mengarah pada keterampilan berbahasa sebagai sarana berkomunikasi
5.      Kegiatan Pengajaran
Harus sesuaidengan pembelajaran dan menunjang tercapainya pengajaran, sistematis dan terpadu
1.      PENGERTIAN PENDEKATAN
Tentang hal ini, Ramelan (1982) mengutip pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
·         Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada pembiasaan.
·         Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya pada pemerolehan kemampuan berbicara.
·         Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.
a)      Berbagai Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalammerancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai seperangkat peraturan/kaidah.
Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.


1)      Pendekatan Behaviorisme
Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
2)      Pendekatan Nativisme
Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk mengolah butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa.
Dengan demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang sudah ada secara alamiah.
3)      Pendekatan Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4)      Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah disebutkan di atas.Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar (kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui proses interaksi.
Inti pembelajaran interaktif adalah siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir kritis mereka.
5)      Pendekatan Tujuan
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara belajar tuntas’’. Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6)      Pendekatan Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).
7)      Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa.
8)      Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan memperhatikan faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan, situasi, konteks juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9)      Pendekatan “Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa yang dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan sastra.
Di samping itu pendekatan ini juga mementingkan multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak.

10)  Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
11)  Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa (menyimak,berbicara,membaca,menulis) dengan komponen kebahasaan (tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
12)  Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang menekankan kadar keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas guru sebagai fasilitator, desain pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa, suasana belajar kondusif. Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas satu, dapat dilaksanakan secara individual, kelompok atau klasikal.
Kegiatan secara individual dapat membaca nyaring (bagi siswa yang sudah lancar membaca), dapat pula membaca gambar, menyusun balok-balok huruf menjadi kata, menjodohkan gambar dan kata.
13)  Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh sejumlah keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:
·         keterampilan intelektual
·         keterampilan sosial
·         keterampilan fisik
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep itu akan menunjang pula keterampilan proses. Keterampilan proses dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi kegiatan: mengamati, menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar, kepada siswa diberikan latihan, antara lain seperti di bawah ini.
                    i.            Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
a.       Mengidentifikasi gambar
Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan (bertanya jawab) tentang benda-benda yang terdapat di dalam gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya.
b.      Menemukan/mencari pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masing-masing mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (di luar kelompok) diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan. Siswa ini harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya yang membawa gambar, dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi atau ciri-ciri gambar yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu siswa (pembawa duplikat) tersebut harus dapat menemukan siapa di antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok dengan duplikat yang dibawanya.
c.       Menemukan informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan. Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu. Kemudian A mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada B, sehingga is (A) dapat mengetahui gambar yang mana yang tidak ada pada gambar milik B.
                  ii.            Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)
Contoh:
a.       Mengomunikasikan contoh dan gambar
Siswa A membawa sebuah model bentuk-bentuk yang diatur/disusun ke dalam (menjadi) sebuah contoh. Siswa B juga membawa bentuk-bentuk yang sama. Mereka, A dan B, harus saling memberikan informasi sehingga B dapat mengetahui contoh yang ada pada A dengan setepat-tepatnya.
b.      Menemukan perbedaan
Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang sama, kecuali beberapa bagian. Para siswa harus mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan perbedaannya.
c.       Menyusun kembali bagian-bagian cerita
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong. Setiap anggota kelompok memegang satu bagian tanpa mengetahui bagian gambar yang dipegang oleh yang lain; kelompok itu harus menentukan urutan aslinya, dan menyusun kembali cerita itu.
                iii.            Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
Contoh: Siswa mempunyai rencana akan mengunjungi sebuah kota yang menarik. B mempunyai daftar/jadwal bus. Mereka harus merencanakan perjalanan yang akan dilakukan yang memungkinkan mereka untuk mengunjungi beberapa tempat (misalnya 5 tempat) dalam satu hari, dan menggunakan waktu sekurang-kurangnya setengah jam untuk tiap tempat. Siswa harus memilih tempat yang paling menarik bagi mereka.
                iv.            Menyusun informasi
Contoh: Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan mengadakan "camping" (berkemah) gunung selama tiga hari. Tiap anggota hanya boleh membawa barang kira-kira seberat 11 kg. Kelompok-kelompok itu harus menentukan apa saja yang akan mereka bawa, dengan melihat daftar barang yang patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan pembelaan apabila mereka ditentang oleh kelompok lain. Latihan-latihan tersebut merupakan latihan penggunaan bahasa dalam aktivitas komunikasi yang bersifat fungsional di dalam kelas. Di samping itu, juga terdapat tipe aktivitas komunikatif yang lain, yakni aktivitas interaksi sosial, interaksi di dalam masyarakat atau dalam pergaulan. Dalam hal ini latihan yang diberikan kepada siswa antara lain dapat berupa:
a.      Kelas sebagai konteks social
Contoh: Percakapan atau diskusi
b.      Simulasi dan bermain peran
Contoh:
·         Siswa diminta membayangkan dirinya ada di dalam suatu situasi yang dapat terjadi di luar kelas. Ini dapat saja berupa kejadian yang sederhana, misalnya,  bertemu seorang teman di jalan; tetapi dapat pula kejadian yang bersifat kompleks, seperti negosiasi di dalam bisnis.
·         Mereka (siswa) diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam beberapa kasus, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri; tetapi dalam kasus-kasus lain, mungkin mereka harus memperagakan sesuatu di dalam simulasi. Mereka diminta berbuat seperti kalau situasi itu benar-benar terjadi sesuai dengan peran mereka masing-masing. Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk akting tetapi dapat juga dalam bentuk debat atau improvisasi.
2.      PENGERTIAN METODE
Metode pembelajaran bahasa ialah  rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah:
1.      Metode langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang diajarkan. Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di daerah, bahasa pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah/ bahasa ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari verbalistik dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan kontekstual.
2.      Metode alamiah
Metode ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru(seperti bahasa kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar,kemudian berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
3.      Metode tatabahasa
Metode ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa. Isi pelajaran terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar kata-kata dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu sering pula diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan daftar kosakata dari teks dan kemudian diberikan penjelasan-penjelasan tentang tatabahasanya
4.      Metode terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa yang baru dipelajari siswa.
5.      Metode pembatasan bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.


6.      Metode linguistic
Nama lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang menjadi landasan metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi landasan pembelajarannya senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli bahasa). Titik pembelajarannya pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum pembelajaran, diteliti terlebih dahulu persamaan dan perbedaan bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan, terutama persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata, struktur kata dan kalimat. Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa.
Persamaan kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan, kemudian baru perbedaan-perbedaannya melalui latihan-latihan yang intensif. Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid, karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa baru tersebut.
7.      Metode SAS
Metode SAS ( struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang berpandangan bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan diajarkan kepada murid haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global. Setelah itu baru mencari atau menemukan bagian bagian dari struktur global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya.
Setelah mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan bagian-bagian itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut tahap sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek pembelajaran bahasa, sepert: pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan dalam apresiasi sastra. Selain itu metode ini banyak pula dipakai dalam pembelajaran mata pelajaran lain.
8.      Metode bibahasa
Metode ini hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di muka. Dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran dididasarkan pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk menerangkan perbedaan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tatabahasa kedua bahasa itu. Perbedaan-perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar dalam latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.
9.      Metode unit
Metode ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid untuk menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi, generalisasi dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut:
a. Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara
memungut suara terbanyak dari siswa suatu kelas.
b. Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu
murid.
c. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan
berikut tatabahasanya.
d. Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut,
kemudian siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang
dianggap sukar.
e. Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai konteks pemakaiannya.
f. Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah
tatabahasa.
g. Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya, jika
siswa telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.
h. Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan
mengarang bebas.
3.      PENGERTIAN TEKNIK
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Teknik pembelajaran menyimak
(1) simak-ulang ucap
(2) simak-tulis (dikte)
(3) simak-kerjakan
(4) simak-terka
(5) memperluas kalimat
(6) menyelesaikan cerita
(7) membuat rangkuman
(8) menemukan benda
(9) bisik berantai
(10) melanjutkan cerita
(11) parafrase
(12) kata kunci
b. Teknik pembelajaran berbicara
(1) ulang-ucap
(2) lihat-ucapkan
(3) memerikan
(4) menjawab pertanyaan
(5) bertanya
(6) pertanyaan menggali
(7) melanjutkan
(8) menceritakan kembali
(9) percakapan
(10) parafrase
(11) reka cerita gambar
(12) bermain peran
(13) wawancara
(14) memperlihatkan dan bercerita
c. Teknik pembelajaran membaca
(1) membaca survei
(2) membaca sekilas
(3) membaca dangkal
(4) membaca nyaring
(5) membaca dalam hati
(6) membaca kritis
(7) membaca teliti
(8) membaca pemahaman
d. Teknik pembelajaran menulis
(1) menyalin kalimat
(2) membuat kalimat
(3) meniru model
(4) menulis cerita dengan gambar berseri
(5) menulis catatan harian
(6) menulis berdasarkan foto
(7) meringkas
(8) parafrase
(9) melengkapi kalimat
(10) menyusun kalimat
(11) mengembangkan kata kunci
Di bawah ini akan diuraikan beberapa teknik pembelajaran bahasa, dari teknik yang paling abadi seperti teknik ceramah sampai dengan teknik pembelajaran mutakhir.
1.      Teknik Ceramah
Teknik ini digunakan untuk menyampaikan informasi. Bagi siswa sekolah dasar kelas rendah, teknik ini diperlukan sebagai latihan keterampilan menyimak. Pelaksanaan teknik ceramah di kelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan. Selesai ceramah, dapat diikuti dengan teknik tanya jawab.
2.      Teknik Tanya Jawab
Penggunaan teknik tanya jawab ini dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak,berbicara,membaca dan menulis. Selain guru yang bertanya pada siswa, juga dapat dilakukan siswa yang bertanya pada guru, setelah guru ceramah atau bercerita. Di samping itu,guru dapat pula pada awal pelajaran sebagai pretest dan pada akhir pembelajaran yang disebut posttest.
3.      Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di SD kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4.      Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini biasanya diberikan secara individual atau kelompok. Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu. Untuk siswa kelas rendah tugas individual, seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5.      Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, tukang becak dsb. Selain itu dapat pula memerankan tokoh-tokoh dari benda-benda sekitar, misal: gunung, pohon, binatang, awan,angin, matahari dsb. Dengan menghayati peran-peran tersebut, diharapkan siswa terlatih untuk menghargai jasa dan peranan orang lain dalam kehidupannya, juga berlatih kerja sama dengan orang lain.
6.      Teknik Karyawisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat membawa siswa untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian secara bergiliran siswa disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang ditemuinya. Untuk siswa kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau mendeskripsikan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi, misal: museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karyawisata lainnya.
7.      Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas menjadi suatu masyarakat intelektual , yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasangagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi,bahasa dan seni. Pada dasarnya, kreativitas seseorang dapat dideskripsikan, didorong dan dapat ditingkatkan dengan sengaja karena kreativitas pada dasarnya adalah proses emosional. Kreativitas pada diri seseorang atau pada kelompok dapat ditingkatkan dengan cara menyadari proses kreatif dan memberikan bantuan secara sadar ke arah terjadinya kreativitas. Contoh dalam bahasa dengan meminta murid menggunakan gaya bahasa analogi atau metapora.
Kelebihan teknik ini antara lain:
1. Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian
baru pada diri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia
sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2. Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang
materi baru.
3. Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik
pada diri siswa maupun pada guru.
4. Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan
intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5. Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru
dalam memcahkan suatu masalah.
4.      MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
a.       Model Pembelajaran Terpadu
Dalam pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dilandasi oleh pemikiran bahwa aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu, tidak pernah bahasa digunakan secara terpisah, aspek demi aspek. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak berinteraksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya
Dalam pembelajaran bahasa ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(1) Pembelajaran kosakata dan struktur harus selalu di dalam konteks. Artinya, kata-kata atau struktur yang diajarkan tidak lepas dari konteks kalimat atau wacana.
(2) Setiap aspek dalam bahasa diajarkan dengan memperhatikan tema yang telah digariskan dalam silabus. Dengan mengacu pada tema, sebenarnya telah terjadi pemaduan dengan bidang studi yang lain atau terjadi lintas bidang studi.
(3) Setiap kali pembelajaran selalu diawali dengan pengarahan yang jelas.
(4) Pembelajaran yang direncanakan dengan baik akan memberikan hasil yang lebih baik.
b.      Model Pembelajaran Tematik
1.      Pengertian
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah (1—3), karena pada umumnya mereka melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
2.      Strategi Pembelajaran Tematik
Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, misalnya, sebagai berikut :
1) Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa
2) Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak harus di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa
3.      Ciri-ciri Pembelajaran Tematik  Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa sekolah dasar, pembelajaran pada tahap ini harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Berpusat pada siswa, Memberikan pengalaman langsung pada siswa, Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas,  Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, Bersifat fleksibel dan Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
4.      Keunggulan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan, di antaranya sebagai berikut.
1) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
2) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4) Mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi.
5) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
5.      Peran Tema
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5) Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6) Siswa lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya, bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain.
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
6.      Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik
1) Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh.
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu dipertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan.
3) Pilih tema yang terdekat dengan anak.
4) Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.
7.      Langkah-langkah Menyusun Pembelajaran Tematik
1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran.
2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester.
Pilihan Tema: Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan, Tempat Umum, Pengalaman, Budi Pekerti, Kegemaran, Tumbuhan, Hiburan, Binatang, Transportasi, Kesehatan, K3, Makanan, Pendidikan, Pekerjaan, Peristiwa, Pariwisata, Kejadian Sehari-hari, Pertanian, Negara, Komunikasi, dsb.
3) Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yang cocok dikembangkan dengan sebuah tema. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran.


c.       Model Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM/Joyfull Learning)
a.       PAKEM adalah strategi pembelajaran yang menciptakan variasi kondisi eksternal dan internal dengan melibatkan siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran bermakna.
b.      Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan menyintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam model pembelajaran aktif, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
c.       Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya, kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakkan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Berpikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut. Tahap pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat, dan rasional. Tahap keempat; verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendari, konsep, atau teori. Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
d.      Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar. Pembelajaran efektif perlu ditunjang oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai. Maka dari itu, guru harus mampu mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar.
e.       Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih cepat dari peserta didiknya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis, dan tidak ada beban baik bagi guru maupun peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.
f.       Prosedur PAKEM
1) Pemanasan dan apersepsi Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan apersepsi ini dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik. (b) Memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka. (c) Gerakkan peserta didik agar tertarik dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal yang baru. 2) Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal tersebut dapat ditempuh sebagai berikut. (a) Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik; (b) Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik; (c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi baru. 3) Konsolidasi pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru; (b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah aktual; (c) Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat; (d) Pilihlah metodologi yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi peserta didik. 4) Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku peserta didik dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (b) Praktekkan pembelajaran secara langsung agar peserta didik dapat membangun kompetensi, sikap, dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; (c) Gunakan metodologi yang tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap, dan perilaku peserta didik. 5) Penilaian Kegiatan penilaian dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik; (c) Pilihlah metode yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
5.      ALTERNATIF STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
a.       Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.
Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Cooperative learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Jadi, keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik jika dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:
a. individual accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota;
b. social skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial, dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan membentuk kesadaran sosial;
c. positive interdependence adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi. Jadi, siswa berkolaborasi bukan berkompetisi;
d. group processing, proses jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Perancangan dan pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning didasari oleh pemikiran filosofis “Greeting Better Together”, yang berarti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Untuk menciptakan “kebersamaan” dalam belajar, guru harus merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa sehingga mampu mengondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar siswa dalam interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan bukan saja di dalam kelas melainkan juga di luar lingkungan sekolah.
Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning sebagai berikut:
1) guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan, dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang pembelajaran juga harus mengorganisasikan materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok. Untuk memulai pembelajarannya, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran;
2) dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, pemahaman, dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk;
3) dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar;
4) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Guru juga memberikan beberapa penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan dilatihkan kepada para siswa.
Alasan pembelajaran Cooperative Learning perlu dilaksanakan dengan alasan sebagai berikut.
1) Terciptanya kehidupan bermasyarakat yang saling”asah-asih-asuh”, rukun, damai, harmoni tanpa saling curiga merupakan impian semua orang. Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masyarakatnya majemuk, isu-isu SARA mudah sekali digunakan oleh orang atau kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk memecahkan bangsa.
2) Keharmonisan dapat terwujud jika masing-masing mau terbuka, mau mendengar, dan saling memahami kekurangan serta kelebihan orang lain. Menyadari hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Jadi, guru dapat memulainya sejak anak-anak duduk di sekolah dasar melalui proses pembelajaran.
3) Beberapa manfaat model pembelajaran Cooperative Learning dalam proses belajar-mengajar antara lain:
(a) dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis;
(b) dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa;
(c) dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat;
(d) siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya;
(e) siswa dilatih untuk bekerja sama, karena bukan materi saja yang dipelajari melainkan juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya;
(f) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung sehingga sesuatu yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
b.      Pembelajaran Keterampilan Proses
Pembelajaran keterampilan proses adalah pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap dan nilai. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh irama dan gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar tersebut akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Langkah-langkah kegiatan keterampilan proses di antaranya mengobservasi atau mengamati, termasuk di dalamnya: menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan variabel, menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
Esensi kecakapan hidup adalah kemampuan seseorang untuk memahami dirinya dan potensinya dalam kehidupan, antara lain mencakup penentuan tujuan, memecahkan masalah dan hidup bersama orang lain. Kemampuan tersebut akan membantu untuk hidup dalam lingkungannya dengan sehat serta memiliki perilaku yang produktif. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kecakapan hidup membantu siswa untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya, bukan hanya obat terlarang melainkan lebih dari itu untuk mengajarkan dasar-dsar kecakapan hidup untuk memasuki kehidupan sebagai orang dewasa dengan berhasil (Davis, 2000). Selain itu, kecakapan hidup dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam hidup, di mana pun dan kapan pun orang selalu menemui masalah yang harus dipecahkan. Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu :
a.       Kecakapan Mengenal Diri (self awareness), yang juga sering disebut kemampuan personal (personal skills) mencakup: 1) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara; 2) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi sendiri dan lingkungannya
b.      Kecakapan Berpikir Rasional (thinking skills) mencakup : 1) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills), 2) kecakapan bekerja sama (collaboration skills).
Berempati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan melainkan isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik akan menumbuhkan hubungan yang harmonis. Bagi bangsa Indonesia yang bersifat religius, kecakapan hidup (life skills) di atas masih harus ditambah sebagai panduan, yaitu akhlak. Artinya, kesadaran diri, berpikir rasional, hubungan interpersonal, kecakapan akademik serta kecakapan vokasional harus dijiwai oleh akhlak mulia. Akhlak harus menjadi kendali setiap tindakan seseorang. Oleh karena itu, kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan harus mampu mengembangkan akhlak mulia tersebut. Di sinilah pentingnya pembentukan jati diri dan kepribadian (character building) guna menumbuhkembangkan penghayatan nilai-nilai etika, sosial, dan religius yang merupakan bagian integral dan pendidikan di semua jenis dan jenjang. Kecakapan akan diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus tertentu. Misalnya untuk memecahkan maslah penjualan barang yang tidak laku, tentu diperlukan keterampilan pemasaran dan seterusnya
c.       Kecakapan Sosial (social thinking),
d.      Kecakapan Akademik (academic skills) atau kemampuan berpikir ilmiah (scientific method) mencakup: identifikasi variabel, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian.
e.       Kecakapan Vokasional (vocasional skills) sering disebut keterampilan kejuruan, artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Perlu disadari bahwa di alam kehidupan nyata, antara general life skills (GLS) dan specific life skills (SLS), antara kecakapan mengenai diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional tidak berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi sebuah tindakan individu dapat melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual. Derajat kualitas tindakan individu dalam banyak hal dipengaruhi oleh kualitas kematangan berbagai aspek pendukung tersebut.
·         Tujuan Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi siswa Program life skills didesain agar bermanfaat bagi siswa, memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa, memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk meningkatkan tanggung jawabnya dan untuk mengembangkan potensi sepenuhnya. Tujuan umum pembelajaran life skills bagi siswa adalah untuk mengembangkan sikap, kemauan, kecakapan manajemen diri, kecakapan akademik, kecakapan sosial kemasyarakatan dan kecakapan vokasional serta pengetahuan yang diperlukan untuk memasuki alam pekerjaan dan kehidupannya dalam masyarakat. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kecakapan yang akan diperlukannya agar dapat berkiprah secara mandiri dalam masyarakat dan memiliki kemampuan sebaik-baiknya. Tujuan khusus pembelajaran life skills adalah:
1) menyajikan kecakapan berkomunikasi dengan menggunakan berbagai teknik yang memadai bagi siswa;
2) mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan masyarakat masa kini dan memenuhi kebutuhan di masa datang;
3) mengembangkan kemampuan membantu diri dan kecakapan hidup agar setiap siswa dapat mandiri;
4) memperluas pengetahuan dan kesadaran siswa mengenai sumber-sumber dalam masyarakat;
5) mengembangkan kecakapan akademik yang akan mendukung kemandirian setiap siswa;
6) mengembangkan kecakapan pravokasional dan vokasional dengan memfasilitasi latihan kerja dan pengalaman kerja di masyarakat;
7) mengembangkan kecakapan untuk memanfaatkan waktu senggang dan melakukan rekreasi;
8) mengembangkan kecakapan untuk memecahkan masalah untuk membantu siswa melakukan pengambilan keputusan masa kini dan di masa depan.
·         Desain Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pembelajaran dalam program life skills dilaksanakan secara individual atau dalam kelompok kecil, dengan berlandaskan kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan secara individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Fokus pembelajaran life skills adalah:
1) komunikasi,
2) membantu diri sendiri,
3) kehidupan mandiri,
4) kemampuan akademik,
5) kecakapan pravokasional dan vokasional,
6) pemanfaatan waktu luang dan rekreasi,
7) pendidikan jasmani,
8) pemecahan masalah,
9) kecakapan pribadi/sosial, dan
10) kecakapan bermasyarakat.

  1. CIRI - CIRI PENGAJARAN BAHASA TERPADU DAN KOMUNIKASI
Frase ciri-ciri pengajaran bahasa terpadu dan komunikatif sebenarnya berisi dua fase.Frase pertama adalah ciri-ciri pengajaran bahasa terpadu. Frase kedua adalah ciri-ciri pengajaran bahasa ( secara)  komunikatif . ini berarti bahasa ciri-ciri pengajaran bahasa  terpadu dan  komunikatif  terus digali, di identifikasi dan dirumuskan dari kedua frase itu dengan kata kunci pengajaran komunikatif..
Salah satu karasteristik pengajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 1994 adalah keterpaduan. Keterpaduan itu terlihat dalam tujuan, bahan , dan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara umum dapat dikatakan meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa melalui penggunaan bahasa lisan dan tulkisan secara baik dan benar. Pembelajaran kebahasaan, penggunaan, pemahaman, dan apresiasi sastra harus diarahkan dan dimanfaatkan untuk menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar.
bahan pembelajaran bahasa dapat  terpadu  dengan bahan pembelajaran apresiasi sastra. Bahkan pembelajaran  bahasa pun dapat  berpadu  dengan  bahan pelajaraan lain seperti Ipa, Ips dan  Matematika. Di sekolah Dasar  ada kelas-kelas rendah mata pelajaraan IpA dan Ips disajikan melalui mata pelajaraan bahsa Indonesia. Berikut ini disajikan keterpaduaan bahan  pelajaraan  bahasa dengan bahan mata pelajaraan Ipa, dan ketrpaduan bahan pembelajaraan  dengan bahan  mata pembelajaraan Matematika. Masing –masing contoh disertai diagram yang menggambarkan saling sumbangan antara bahasa dan Ipa serta antara bahsa dan matematika.
Keterpaduan antara bahan pembelajaan bahasa dan bahan pelajaraan IPA terganbar dalam kegiatan belajar-mengajar berikut.
a.      IPA/Benda hidup dan tak hidup.
-          Mari kita ke halaman sekolah untuk mengamati benda-benda di sana.
-          Laporkan hasil pengamatan ( masing-masing kelompokan)
-          Golongkan benda-benda tersebut, manakah yang termasuk benda hidup dan manakah benda tak hidup ?
Kegiataan belajar atau pembelajaraan dapat berfokus pada kebahasaan, pemahaman , dan penggunaan. Walaupun fokus pembelajaraan tertuju pada satu aspek , misalnya bercerita. Namun dalam kegiataan belajarnya keempat aspek menyimak , berbicara , membaca dan menulis muncul secara terpadu. Misalnya pembelajaraan “ menceritakan cerita binatang yang pernah di dengar “ dapat dilaksanakan sebagai berikut.
(a)    Menyimak cerita binatang yang diceritakan
(b)   Mencatat pelaku cerita. Watak pelaku
(c)    Mencatat urutan kejadiaan cerita
(d)   Mencatat tempat dan waktu kejadiaan cerita
(e)    Menuliskan kembali cerita itu
(f)    Membaca cerita yang telah ditulis dan memperbaiki bagian cerita yang belum sempurna
(g)   Menghafalkan cerita yang didengar atau cerita yang telah ditulis kembali
(h)   Menceritakan cerita yang pernah di dengar
Ada kalanya dua atau lebih pembelajaraan dipadukan oleh bahan pembelajaraan berupa wacana dengan tema tertentu. Misalnya pembelajaraan (i) mengamati lingkungan, mengajukan pertanyaan dan menceritakaan hasil pengamataan, (ii) membaca dalam hati dan mengajukan atau menjawab pertanyaan , dan (iii) menggunakan huruf kapital secara tepat dalam kalimat dengan tema lingkungan terpadu.
Pada hakikatnya , belajat berbahasa adalah belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pengajaraan bahasa yang menggunakan pendekataan komunikatif diarahkan untuk meningkatkan keterampilaan siswa dalam komunikasi. Pengajaraan bahasa indonesia di SD pun menggunakan pendekataan komunikatif. Karena itu pembelajaraan-pembelajaraan bahasa indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Ini berarti, belajar bahasa berarti belajar komunikasi.
 Bahasa sebagai bahan kajian disajikan secara bermakna dan secara fungsional. Yang diajarkan kepada siswa bukan struktur yang ada dalam angan-angan , melainkan struktur yang mengait pada konteks yang  wajar, konteks yang memang sungguh terdapat pada interaksi pada antara penutur yang berkomunikasi, bukan konteks yang dibuat-buat demi pembelajaraan struktur tertentu. Ini berarti, pengajaraan bahasa berlangsung secara konstektual dan fungsional.
Bahasa bukan hanya mewakili struktur saja tetapi juga mana yang terkandung di dalamnya. Pengajaraan bahasa komunikatif sangat mementingkan makna tinimbang struktur bahasa. Ini tidak berarti struktur bahasa tidak diperhatikan atau mementingkan sama sekali.
Pengajaran bahasa komunikatif menganjurkan bahwa kesan berbahasa lisan dan tertulis di mulai sejak dini , kelas satu dan kelas dua SD . Dalam GBPP mata Pelajaraan sunda dan sastra indonesia SD ditemukan berbagai pembelajaraan membaca dan menulis permulaan. Ini berarti kegiatan berbahasa , menyimak , berbicara , dan menulis dapat dilakukan sejak kelas rendah di SD.
Apabila anda perhatikan dengan cermat pembelajaraan bahasa yang ada dalam GBPP mata pelajaraan bahasa dan sastra indonesia sekolah dasar semuanya berupa kegiataan siswa. Dalam belajar berbahasa siswa harus ikut terlibat , ikut melakukan , turut melaksanakan menyimak, berbicara, membaca , dan menulis. Latihan seperti bermain peran , bercerita ,bercakap-cakap berdiskusi , bertelepon , dan berwawancara , dan lain-lain sangat baik untuk meningkatkan keterampilan berbahsa sebagai basis kemampuan berkomunikasi. Harus diingat latiahan itu tidak boleh memberatkan siswa.
Dalam kegiataan belajar bahasa , siswa melakukan kesalahan dalam pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata,  dan kalimat. Hal itu adalah hal yang lumrah karena kesalahan berbahasa merupakan bagian intergral dari proses belajar bahasa.
GBPP Mata pelajaraan bahasa indonesia , kurikulum 1994 menganut prinsip keanekaan dalam penentuan sumber belajar siswa. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar.
Sumber belajar siswa dapat digunakan sumber-sumber berikut ini.
a.       Buku-buku
-          Buku-buku pelajaraan yang diwajibkan atau buku paket
-          Buku pelajaraan yang pernah dipaki dan masih relavan
-          Buku pelengkap yang disahkan oleh departement
-          Buku bacaan
-          Bunga rampai
-          Kamus
-          Ensiklopedia
  
b.      Media cetak
-          Surat kabar
-          Majalah
c.       Media elektronika
-          Radiao
-          Kaset
-          Televisi
-          Video
d.      Lingkungan
-          Alam
-          Sosial
-          Budaya
e.       Narasumber
f.       Pengalaman dan minat anak
g.      Hasil karya siswa
Paling sedikit ada tujuh ciri-ciri pengajaraan bahasa komunikatif yang tersirat dalam uraian tersebut diatas. ketujuh ciri-ciri pengajaraan bahasa kominikatif dapat disimpulkan seperti berikut.
(a)    Belajar bahasa adalah belajar berkomunikatif
(b)   Pembelajaraan bahasa berlangsung secara kentekstual dan fungsional
(c)    Makna lebih dipentingkan daripada struktur bahasa
(d)   Kegiataan berbahasa lisan dan tertulis dapat dimulai sejak 1 dan 2 SD
(e)    Cara belajar aktif
(f)    Kesalahan berbahasa adalah bagian dari proses belajar
(g)   Keanekaan sumber belajar
Dari frase pengajaraan bahasa terpadu ditemukan ada empat ciri-ciri pengajaraan bahasa terpadu. Dari frase pengajaraan komunikatif ditemukan tujuh ciri-ciri  pengajaraan bahasa komunikatif. Kesimpulannya, ciri-ciri pengajaraan bahasa terpadu dan komunikatif ada sebelas butir seperti tertulis berikut.
Ciri-ciri pengajaraan bahasa terpadu dan komunikatif
1.      Terpadu dalam tujuan
2.      Terpadu dalam bahan dengan mata pelajaraan lain
3.      Terpadu dalam kegiataan belajar
4.      Terpadu dalam wadah pembelajaraan (tematis)
5.      Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi
6.      Pembelajaraan bahasa berlangsung secara kontekstual dan fungsioanl
7.      Makna lebih di pentingkan dan pada struktur bahasa
8.      Membaca dan menulis dapat dimilai sejak dini
9.      Cara belajar aktif
10.  Kesalahan berbahasa adalah bagian dari proses belajar
11.  Keanekaan sumber belajar
Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkominikasi. Oleh karena itu pengajaraan bahasa yang menggunakan pendekataan kominikatif diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Pengajaraan bahasa indonesia di SD di arahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Ini berarti, belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi.
Misalkan pembelajaraan yang dipilih adalah pembelajaraan menceritakaan kembali isi dongeng yang pernah didengar. Pembelajaraan ini berfokus pada aspek berbicara, namun dalam pelaksanaan pembelajaraan semua aspek kegiataan berbahasa berlangsung secara terpadu seperti contoh tersebut :
(a)    Menyimak pembacaan dongeng
(b)   Membaca dongeng engan cermat
(c)    Mencatat kata-kata sukar
(d)   Bertanya kepada guru atau melihat kamus makna kata-kata tersebut
(e)    Mencatat pelaku , urutan cerita , tempat , dan terjadinya dongeng.
(f)    Menyusun butir-butir isi dongeng
(g)   Menghafalkan isi dongeng
(h)   Menceritakan kembali isi dongeng
Perluasaan kaliamat
Kalimat inti                                     kalimat luas
-          Saya gembira                                 - kemudian saya pergi ke sekolah
-          Saya bangga                                  - di sana ibu & ayah sedang sarapan
-          Saya ragu                                     - saya menjadi penasaraan
-          Ayah maklum                                - saya membaca koran itu



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
B.     SARAN

REFERENSI