TUGAS
PENDEKATAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR
Dosen Pembimbing : Maryam Isnaini D, M.Pd
Mata kuliah : Pendidikan
Bahasa dan Sastra di Kelas Awal
Oleh :
Desy Dwi
Riana
(121644001)
Oleh
:
Kelas
C/2012
1. ARIANING MENITA SARI 121644037
2. MOH. ANDI F.R 121644047
3. INTAN PERMATA K. 121644065
4. NOVINA SUNAWATI 121644066
5. SUMARSIH 121644069
6. IMAM FAUZI 121644218
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
2. Teman-
teman yang telah membantu penyelesaian makalah
Surabaya, Oktober 2013
DAFTAR
ISI
Halaman
Sampul.................................................................................................................... i
Kata
pengantar....................................................................................................................... ii
Daftar
isi................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemerolehan Bahasa....................................................................................... 2
B.
Bahasa Indonesia dalam Pemerolehan Bahasa Anak - Anak............................................ 3
C.
Tahap - Tahap Perkembangan Bahasa Anak..................................................................... 4
D.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak................................. 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................................................. 11
Referensi................................................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di
era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia
terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang
semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya
manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga
kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran
yang tepat agar anak didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa
ini, proses belaja mengajar di sekolah dasar masih menggunakan paradigma lama,
yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif
dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan
penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cenderung tidak diajak untuk mengetahui
dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi fisika kurang dikuasai oleh
peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam memahami materi pembelajaran.
Dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari
guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga
dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak
selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam pengajaran
Pendidik yang memandang anak
didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang
anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam
segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru
dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan
memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala
perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses
belajar mengajar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dari pembutan makalah bahasa ini sebagai berikut :
1.
Bagaimana
pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
2.
Bagaimana
metode pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
3.
Bagaimana
teknik pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
4.
Bagiman
model – model pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
5.
Bagaimana
strategi pembelajaran bahasa Indonesia di SD?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini,
sebagai berikut :
1. Mengetahui pendekatan pembelajaran bahasa
Indonesia di SD.
2. Mengetahui pembelajaran bahasa Indonesia di
SD.
3. Mengetahui teknik – teknik pembelajaran
bahasa Indonesia di SD.
4. Mengetahui model – model pembelajaran bahasa Indonesia
di SD.
5. Mengetahui strategi pembelajaran bahasa
Indonesia di SD.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan
pengertian yang sama; artinya, orang menggunakan istilah pendekatan dengan
pengertian yang sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan
istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan; demikian pula
dengan istilah teknik dan metode. Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai
makna yang berbeda, walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya saling
berkaitan.
Tiga istilah ini pun sering digunakan oleh Richards dan
Rogers (1986). Menurut kedua ahli ini, pendekatan dalam pembelajaran bahasa
mengacu kepada teori-teori, asumsi, dan keyakinan tentang kealamiahan bahasa
dan pembelajaran bahasa. Sedangkan metode adalah payung yang menghubungkan
secara spesifik antara teori dan praktik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
diagram berikut:
Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum
1994 maka dapat disusun rancangan peranan guru, siswa, bahan pembelajaran,
tujuan, dan kegiatan pengajaran. Penjelasannya sebagai berikut :
1.
Guru
Peranan guru dalam proses KBM adalah :
a)
Informator
: sumber informasi, penyampai informasi berupa ilmu dan pengetahuan umum
b)
Organisator
: pengelola KBM
c)
Konduktor
: menjaga dan mengatur keserasian proses KBM sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan
d)
Katalisator
: pengantar kegiatan kea rah tujuan
e)
Pengarah
: mengarahkan semua kegiata KBM ke tujuan instruksional
f)
Inisiator
: pengambil inisiatif pertama sehingga muncul gairah kerja
g)
Moderator
: pengantar siswa ke arah masalah
h)
Transmitter
: penyebar ide, ilmu, peraturan, kebijakan pimpinan dll
i)
Fasilitator
: pemberi kemudahan belajar bagi siswa
j)
Evaluator
: penilai kegiatan pros belajar-mengajar prestasi siswa
2.
Siswa
Menjadi subyek proses belajar mengajar
3.
Bahan
Pembelajaran
Bahan pembelajaran harus relevan dengan
tujuan, tema, dan pembelajaran dan sesuai dengan bakat minat, kebutuhan dan
lingkungan siswa
4.
Tujuan
Mengarah pada keterampilan berbahasa sebagai
sarana berkomunikasi
5.
Kegiatan
Pengajaran
Harus sesuaidengan pembelajaran dan menunjang
tercapainya pengajaran, sistematis dan terpadu
1.
PENGERTIAN
PENDEKATAN
Tentang
hal ini, Ramelan (1982) mengutip pendapat Anthony yang mengatakan bahwa pendekatan ini mengacu pada seperangkat
asumsi yang saling berkaitan, dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta
pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode.
Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa
sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem
komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa
sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Asumsi-asumsi tersebut
menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan yang berbeda, yakni:
·
Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha membiasakan
dan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tekanannya pada pembiasaan.
·
Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa, berarti berusaha untuk
memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan pembelajarannya pada
pemerolehan kemampuan berbicara.
·
Pendekatan
yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa, yang harus diutamakan
ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran
pada aspek kognitif bahasa, bukan pada kemampuan menggunakan bahasa.
a)
Berbagai
Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan
merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat bahasa, pengajaran
dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan dalammerancang,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa
bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan;
bahasa sebagai sistem komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai
seperangkat peraturan/kaidah.
Di bawah ini
akan dibahas beberapa pendekatan yang selayaknya difahami oleh guru-guru
sekolah dasar, baik guru kelas maupun guru bidang studi.
1) Pendekatan Behaviorisme
Kelompok ini berpandangan
bahwa proses penguasaan kemampuan berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari
luar sebagai akibat berbagai rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si
Anak. Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus
dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada dasarnya
sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.
2) Pendekatan Nativisme
Pandangan ini
berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara alamiah dengan apa yang disebut
LAD (Language Acquisition Device). LAD sudah diprogramkan untuk mengolah
butir-butir tatabahasa yang dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD
membekali anak dengan kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa.
Dengan
demikian belajar berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam
struktur yang sudah ada secara alamiah.
3) Pendekatan
Kognitif
Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai
akibat dari kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif distrukturlisasi
dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian perkembangan kognisi sangat
berpengaruh pada perkembangan bahasa.
4) Pendekatan
Interaksi Sosial
Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah
disebutkan di atas.Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi dasar
(kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan melalui
proses interaksi.
Inti pembelajaran interaktif adalah siswa membuat
pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha menyelesaikan sendiri. Hal
ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir kritis mereka.
5) Pendekatan
Tujuan
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan
‘’cara belajar tuntas’’. Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan
belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah
siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang
diberikan oleh guru.
Penetuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif;
jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat
menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka
pembelajaran dapat dianggap berhasil.
6) Pendekatan
Struktural
Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang
didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar bahasa
adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).
7) Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa
bahasa adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa
adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang
bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan
bahasa.
8) Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan ini mengutamakan keterampilan berbahasa dengan
memperhatikan faktor-faktor penentu berbahasa, seperti: pemeran serta, tujuan,
situasi, konteks juga aspek pengembangan: emosi, moral, sosial dan intelektual.
9) Pendekatan
“Whole Language”
Suatu pendekatan untuk mengembangkan mengajarkan bahasa
yang dilaksanakan secara menyeluruh, meliputi: mendengar, berbicara, membaca
dan menulis. Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang interaktif yang tidak
terpisahpisah dengan aspek kebahasaan: fonem, kata, ejaan, kalimat, wacana dan
sastra.
Di samping itu pendekatan ini juga mementingkan
multimedia, lingkungan, dan pengalaman belajar anak.
10) Pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalamai, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan begaimana mencapainya.
Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan
begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal
untuk hidupnya nanti.
11) Pendekatan
Terpadu
Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan
pendekatan “Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa
harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa (menyimak,berbicara,membaca,menulis)
dengan komponen kebahasaan (tatabunyi, tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga
aspek sastra. Di samping itu untuk kelas-kelas rendah pendekatan terpadu ini
menggunakan jenis pendekatan lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran
Bahasa Indonesia dapat disatukan dengan mata pelajaran lain seperti: Pendidikan
Agama, Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, Kesenian dan Pendidikan Jasmani.
12) Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan ini merupakan suatu sistem pembelajaran yang
menekankan kadar keterlibatan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kadar CBSA dapat dilihat dari
aktivitas belajar siswa tinggi, aktivitas guru sebagai fasilitator, desain
pembelajaran berfokus pada keterlibatan siswa, suasana belajar kondusif.
Misal:dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas satu, dapat dilaksanakan
secara individual, kelompok atau klasikal.
Kegiatan secara individual dapat membaca nyaring (bagi
siswa yang sudah lancar membaca), dapat pula membaca gambar, menyusun
balok-balok huruf menjadi kata, menjodohkan gambar dan kata.
13) Pendekatan
Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah kemampuan yang dibangun oleh
sejumlah keterampilan dalam proses pembelajaran yang meliputi:
·
keterampilan
intelektual
·
keterampilan
sosial
·
keterampilan
fisik
Keterampilan proses berfungsi sebagai alat
menemukan dan mengembangkan konsep. Konsep itu akan menunjang pula keterampilan
proses. Keterampilan proses dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi
kegiatan: mengamati, menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan
mengkomunikasikan.
Sehubungan dengan pendapat itu, dia
mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran bahasa. Dalam kegiatan
belajar mengajar, kepada siswa diberikan latihan, antara lain seperti di bawah
ini.
i.
Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
a.
Mengidentifikasi
gambar
Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan (bertanya
jawab) tentang benda-benda yang terdapat di dalam gambar yang disediakan oleh
guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, jumlah, bentuk, dan sebagainya.
b.
Menemukan/mencari
pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang
masing-masing mendapat sebuah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (di
luar kelompok) diberi duplikat salah satu gambar yang telah dibagikan. Siswa
ini harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya yang membawa
gambar, dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi atau ciri-ciri gambar yang
mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu siswa (pembawa duplikat) tersebut harus
dapat menemukan siapa di antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang cocok
dengan duplikat yang dibawanya.
c.
Menemukan
informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang
sengaja ditiadakan. Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada
itu. Kemudian A mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada B, sehingga is (A)
dapat mengetahui gambar yang mana yang tidak ada pada gambar milik B.
ii.
Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas
(tak terbatas)
Contoh:
a.
Mengomunikasikan
contoh dan gambar
Siswa A membawa sebuah model bentuk-bentuk yang diatur/disusun
ke dalam (menjadi) sebuah contoh. Siswa B juga membawa bentuk-bentuk yang sama.
Mereka, A dan B, harus saling memberikan informasi sehingga B dapat mengetahui
contoh yang ada pada A dengan setepat-tepatnya.
b.
Menemukan
perbedaan
Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang
sama, kecuali beberapa bagian. Para siswa harus mendiskusikan gambar tersebut
sehingga menemukan perbedaannya.
c.
Menyusun
kembali bagian-bagian cerita
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong.
Setiap anggota kelompok memegang satu bagian tanpa mengetahui bagian gambar
yang dipegang oleh yang lain; kelompok itu harus menentukan urutan aslinya, dan
menyusun kembali cerita itu.
iii.
Mengumpulkan informasi untuk memecahkan
masalah
Contoh: Siswa mempunyai rencana akan mengunjungi sebuah
kota yang menarik. B mempunyai daftar/jadwal bus. Mereka harus merencanakan
perjalanan yang akan dilakukan yang memungkinkan mereka untuk mengunjungi
beberapa tempat (misalnya 5 tempat) dalam satu hari, dan menggunakan waktu
sekurang-kurangnya setengah jam untuk tiap tempat. Siswa harus memilih tempat yang
paling menarik bagi mereka.
iv.
Menyusun informasi
Contoh: Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan
mengadakan "camping" (berkemah) gunung selama tiga hari. Tiap anggota
hanya boleh membawa barang kira-kira seberat 11 kg. Kelompok-kelompok itu harus
menentukan apa saja yang akan mereka bawa, dengan melihat daftar barang yang
patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan pembelaan apabila
mereka ditentang oleh kelompok lain. Latihan-latihan tersebut merupakan latihan
penggunaan bahasa dalam aktivitas komunikasi yang bersifat fungsional di dalam
kelas. Di samping itu, juga terdapat tipe aktivitas komunikatif yang lain,
yakni aktivitas interaksi sosial, interaksi di dalam masyarakat atau dalam
pergaulan. Dalam hal ini latihan yang diberikan kepada siswa antara lain dapat
berupa:
a. Kelas
sebagai konteks social
Contoh:
Percakapan atau diskusi
b. Simulasi
dan bermain peran
Contoh:
·
Siswa
diminta membayangkan dirinya ada di dalam suatu situasi yang dapat terjadi di
luar kelas. Ini dapat saja berupa kejadian yang sederhana, misalnya, bertemu seorang teman di jalan; tetapi dapat
pula kejadian yang bersifat kompleks, seperti negosiasi di dalam bisnis.
·
Mereka
(siswa) diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam beberapa
kasus, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri; tetapi dalam kasus-kasus
lain, mungkin mereka harus memperagakan sesuatu di dalam simulasi. Mereka
diminta berbuat seperti kalau situasi itu benar-benar terjadi sesuai dengan
peran mereka masing-masing. Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk
akting tetapi dapat juga dalam bentuk debat atau improvisasi.
2. PENGERTIAN METODE
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup
pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan
diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan
agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu
didasarkan pada pendekatan yang dianut. Metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah:
1. Metode
langsung
Metode
ini menerapkan secara langsung semua aspek bahasa dalam bahasa yang diajarkan.
Misal, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak-anak di daerah, bahasa
pengantar di kelas adalah Bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah/ bahasa
ibu. Keunggulan dari metode ini, antara lain: murid terhindar dari verbalistik
dan dapat menggunakan bahasa yang diajarkan secara wajar dan kontekstual.
2. Metode
alamiah
Metode
ini banyak memiliki nama, yaitu metode murni, metode natural atau “customary
method”. Metode ini memiliki prinsip bahwa mengajar bahasa baru(seperti bahasa
kedua) harus sesuai dengan kebiasaan belajar berbahasa yang sesungguhnya
sebagaimana yang dilalui oleh anak-anak ketika belajar bahasa ibunya. Proses
alamiah inilah yang harus dijadikan landasan dalam setiap langkah yang harus
ditempuh dalam pengajaran bahasa kedua, seperti bahasa Indonesia.
Seperti
Anda ketahui proses belajar bahasa anak-anak dimulai dengan mendengar,kemudian
berbicara, kemudian membaca dan akhirnya menulis atau mengarang. Jadi pada awal
pelajaran, gurulah yang banyak berbicara/bercerita dalam rangka memperkenalkan
bunyi-bunyi, kosa kata dan struktur kalimat sederhana. Setelah mereka dapat
menyimak dengan baik, kemudian anak-anak diajak berbicara dan selanjutnya mulai
diperkenalkan dengan membaca dan menulis.
3. Metode
tatabahasa
Metode
ini dipusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata) dan tatabahasa. Isi pelajaran
terutama ditujukan untuk mempelajari kata-kata dan tatabahasa. Daftar kata-kata
dipandang sebagai unit bahasa yang harus diajarkankan dan untuk itu sering pula
diselingi terjemahan. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan
sangat mudah dalam pelaksanaanya. Guru memberikan daftar kosakata dari teks dan
kemudian diberikan penjelasan-penjelasan tentang tatabahasanya
4. Metode
terjemahan
Metode
terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan untuk
pengajaran bahasa asing, termasuk dalam hal ini Bahasa Indonesia yang pada
umumnya merupakan bahasa kedua setelah penggunaan bahasa ibu yakni bahasa
daerah. Prinsip utama pembelajarannya adalah bahwa penguasaan bahasa asing
dapat dicapai dengan cara latihan terjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa
ibu murid atau ke dalam bahasa yang dikuasainya. Misal: latihan terjemahan dari
Bahasa Indonesia ke dalam bahasa daerah atau dari Bahasa Inggris ke dalam
Bahasa Indonesia. Kelebihan metode ini dalam hal kepraktisan dalam
pelaksanaannya dan dalam hal penguasaan kosakata dan tatabahasa dari bahasa
yang baru dipelajari siswa.
5. Metode
pembatasan bahasa
Metode
ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa
yang akan diajarkan. Pembatasan itu dalam hal kekerapan atau penggunaan
kosakata dan urutan penyajiannya. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi
pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan
bahasa. Pola-pola kalimat, perbendaharaan kata, dan latihan lisan maupun
tulisan dikontrol dengan baik oleh guru.
6. Metode
linguistic
Nama
lain dari metode ini adalah metode “oral aural”. Prinsip yang menjadi landasan
metode ini adalah pendekatan ilmiah sebab yang menjadi landasan pembelajarannya
senantiasa hasil penelitian para linguis (ahli-ahli bahasa). Titik pembelajarannya
pada penguasaan bahasa lisan. Sebelum pembelajaran, diteliti terlebih dahulu
persamaan dan perbedaan bahasa ibu dengan bahasa yang akan diajarkan, terutama
persamaan dan perbedaan mengenai: bunyi-bunyi bahasa, perbendaharaan kata-kata,
struktur kata dan kalimat. Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai
tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa.
Persamaan
kedua bahasa tersebut terlebih dulu diajarkan, kemudian baru perbedaan-perbedaannya
melalui latihan-latihan yang intensif. Dengan demikian pada metode ini tidak
dilarang menggunakan bahasa ibu murid, karena bahasa ibu murid akan memperkuat
pemahaman bahasa baru tersebut.
7. Metode
SAS
Metode
SAS ( struktural analitik sintetik) bersumber pada ilmu jiwa gestalt yang berpandangan
bahwa pengamatan/penglihatan pertama setiap manusia adalah global atau bersifat
menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang akan diajarkan kepada murid
haruslah mulai ditunjukkan atau diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara
global. Setelah itu baru mencari atau menemukan bagian bagian dari struktur
global tersebut, ini yang disebut tahap analisnya.
Setelah
mengenal bagian serta fungsinya orang dewasa atau siswa akan mengembalikan bagian-bagian
itu menjadi struktur totalitas seperti pada awalnya, yang disebut tahap
sintesa. Metode ini banyak digunakan dalam metode pembelajaran membaca
permulaan, tetapi sesungguhnya dapat dipergunakan dalam setiap aspek pembelajaran
bahasa, sepert: pembelajaran kosa kata, kalimat, wacana bahkan dalam apresiasi
sastra. Selain itu metode ini banyak pula dipakai dalam pembelajaran mata
pelajaran lain.
8. Metode
bibahasa
Metode ini
hampir sama dengan metode lingustik seperti yang telah diuraikan di muka. Dalam
pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing, bahan pembelajaran dididasarkan
pada persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dengan bahasa yang akan
diajarkan tersebut. Bahasa ibu murid-murid digunakan untuk menerangkan
perbedaan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tatabahasa kedua
bahasa itu. Perbedaan-perbedaan tersebut digunakan sebagai dasar dalam
latihan-latihan yang diberikan secara sistematis.
9. Metode
unit
Metode
ini berdasarkan 5 tahapan pembelajaran, yaitu: mempersiapkan murid untuk
menerima pelajaran, penyajian bahan, bimbingan melalui proses induksi, generalisasi
dan penggunaannya. Di sekolah dasar, tahap-tahap tersebut dapat dikembangkan
sebagai berikut:
a. Dipilih unit/tema yang paling menarik bagi para siswa dengan cara
memungut suara terbanyak dari siswa suatu kelas.
b. Dibentuk kelompok untuk mempersiapkan percakapan dalam bahasa ibu
murid.
c. Guru menerjemahkan percakapan itu ke dalam bahasa yang akan diajarkan
berikut tatabahasanya.
d. Guru memberikan teks yang sesuai dengan tema yang dipilih tersebut,
kemudian siswa mempelajari kosakata, terutama kosakata baru dan yang
dianggap sukar.
e. Siswa mulai berlatih menggunakan kata-kata tersebut dalam kalimat sesuai
konteks pemakaiannya.
f. Guru memperhatikan kalimat-kalimat yang disusun siswa sesuai kaidah
tatabahasa.
g. Siswa membaca kalimat-kalimat tersebut atau mendramatisasikannya,
jika
siswa telah mampu menyusun wacana percakapan yang sederhana.
h. Untuk kelas-kelas tinggi kegiatan di atas dapat dilanjutkan dengan
mengarang bebas.
3.
PENGERTIAN
TEKNIK
Teknik
pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun
(dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh
guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses
belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam
menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa,
sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Berikut ini adalah
teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Teknik pembelajaran menyimak
(1) simak-ulang ucap
(2) simak-tulis (dikte)
(3) simak-kerjakan
(4) simak-terka
(5) memperluas kalimat
(6) menyelesaikan cerita
(7) membuat rangkuman
(8) menemukan benda
(9) bisik berantai
(10) melanjutkan cerita
(11) parafrase
(12) kata kunci
b. Teknik pembelajaran berbicara
(1) ulang-ucap
(2) lihat-ucapkan
(3) memerikan
(4) menjawab pertanyaan
(5) bertanya
(6) pertanyaan menggali
(7) melanjutkan
(8) menceritakan kembali
(9) percakapan
(10) parafrase
(11) reka cerita gambar
(12) bermain peran
(13) wawancara
(14) memperlihatkan dan bercerita
c. Teknik pembelajaran membaca
(1) membaca survei
(2) membaca sekilas
(3) membaca dangkal
(4) membaca nyaring
(5) membaca dalam hati
(6) membaca kritis
(7) membaca teliti
(8) membaca pemahaman
d. Teknik pembelajaran menulis
(1) menyalin kalimat
(2) membuat kalimat
(3) meniru model
(4) menulis cerita dengan gambar berseri
(5) menulis catatan harian
(6) menulis berdasarkan foto
(7) meringkas
(8) parafrase
(9) melengkapi kalimat
(10) menyusun kalimat
(11) mengembangkan kata kunci
Di bawah ini
akan diuraikan beberapa teknik pembelajaran bahasa, dari teknik yang paling
abadi seperti teknik ceramah sampai dengan teknik pembelajaran mutakhir.
1. Teknik Ceramah
Teknik ini digunakan untuk menyampaikan
informasi. Bagi siswa sekolah dasar kelas rendah, teknik ini diperlukan sebagai
latihan keterampilan menyimak. Pelaksanaan teknik ceramah di kelas rendah dapat
berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
Selesai ceramah, dapat diikuti dengan teknik tanya jawab.
2. Teknik
Tanya Jawab
Penggunaan
teknik tanya jawab ini dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak,berbicara,membaca
dan menulis. Selain guru yang bertanya pada siswa, juga dapat dilakukan siswa
yang bertanya pada guru, setelah guru ceramah atau bercerita. Di samping
itu,guru dapat pula pada awal pelajaran sebagai pretest dan pada akhir
pembelajaran yang disebut posttest.
3. Teknik
Diskusi Kelompok
Teknik
ini dapat dilakukan di SD kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru
terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi
siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4. Teknik
Pemberian Tugas
Teknik
ini biasanya diberikan secara individual atau kelompok. Teknik ini bertujuan
agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan
tertentu. Untuk siswa kelas rendah tugas individual, seperti membuat catatan
kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5. Teknik
Bermain Peran
Teknik
ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam
hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri
sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter,
pedagang, tukang becak dsb. Selain itu dapat pula memerankan tokoh-tokoh dari
benda-benda sekitar, misal: gunung, pohon, binatang, awan,angin, matahari dsb.
Dengan menghayati peran-peran tersebut, diharapkan siswa terlatih untuk
menghargai jasa dan peranan orang lain dalam kehidupannya, juga berlatih kerja
sama dengan orang lain.
6. Teknik
Karyawisata
Teknik
ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang ada
kaitannya dengan materi pembelajaran. Untuk kelas rendah, guru dapat membawa
siswa untuk berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah, kemudian secara
bergiliran siswa disuruh menceritakan benda-benda atau peristiwa yang
ditemuinya. Untuk siswa kelas tinggi, siswa dapat mengarang atau
mendeskripsikan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi, misal: museum, kebun
binatang, tempat pameran atau tempat karyawisata lainnya.
7. Teknik
Sinektik
Strategi
pengajaran sinektik merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas menjadi
suatu masyarakat intelektual , yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa
untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasangagasan baru dalam bidang-bidang
ilmu pengetahuan alam, teknologi,bahasa dan seni. Pada dasarnya, kreativitas
seseorang dapat dideskripsikan, didorong dan dapat ditingkatkan dengan sengaja
karena kreativitas pada dasarnya adalah proses emosional. Kreativitas pada diri
seseorang atau pada kelompok dapat ditingkatkan dengan cara menyadari proses
kreatif dan memberikan bantuan secara sadar ke arah terjadinya kreativitas.
Contoh dalam bahasa dengan meminta murid menggunakan gaya bahasa analogi atau
metapora.
Kelebihan teknik ini antara lain:
1. Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian
baru pada diri siswa tentang sesuatu masalah sehingga dia
sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2. Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang
materi baru.
3. Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik
pada diri siswa maupun pada guru.
4. Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan
intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5. Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru
dalam memcahkan suatu masalah.
4.
MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
a.
Model
Pembelajaran Terpadu
Dalam
pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Indonesia, dilandasi oleh pemikiran bahwa
aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara terpadu, tidak pernah bahasa
digunakan secara terpisah, aspek demi aspek. Pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak berinteraksi dengan lingkungan
dan pengalaman dalam kehidupannya
Dalam
pembelajaran bahasa ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(1) Pembelajaran kosakata dan struktur harus selalu di
dalam konteks. Artinya, kata-kata atau struktur yang diajarkan tidak lepas dari
konteks kalimat atau wacana.
(2) Setiap aspek dalam bahasa diajarkan dengan
memperhatikan tema yang telah digariskan dalam silabus. Dengan mengacu pada
tema, sebenarnya telah terjadi pemaduan dengan bidang studi yang lain atau
terjadi lintas bidang studi.
(3) Setiap kali pembelajaran selalu diawali dengan
pengarahan yang jelas.
(4) Pembelajaran yang direncanakan
dengan baik akan memberikan hasil yang lebih baik.
b.
Model
Pembelajaran Tematik
1.
Pengertian
Pembelajaran
tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diajarkan
pada siswa sekolah dasar kelas rendah (1—3), karena pada umumnya mereka melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak
pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
2.
Strategi
Pembelajaran Tematik
Strategi
pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, misalnya,
sebagai berikut :
1) Bersahabat, menyenangkan, tetapi
tetap bermakna bagi siswa
2) Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, siswa tidak harus di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk
pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu dan pembelajarannya sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan siswa
3. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental
siswa sekolah dasar, pembelajaran pada tahap ini harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut : Berpusat pada siswa, Memberikan pengalaman langsung pada
siswa, Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran, Bersifat fleksibel dan Hasil pembelajaran
dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
4.
Keunggulan
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik memiliki kekuatan/keunggulan, di antaranya sebagai berikut.
1) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa.
2) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan
siswa.
3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih
berkesan dan bermakna.
4) Mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan
permasalahan yang dihadapi.
5) Menumbuhkan keterampilan sosial
dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
5.
Peran
Tema
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau
topik tertentu.
2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4) Kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik
dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5) Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6) Siswa lebih bergairah belajar
karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya, bertanya,
bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain.
7) Guru dapat menghemat waktu karena
mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
6.
Hal-hal
yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematik
1) Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh.
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu
dipertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak
dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan.
3) Pilih tema yang terdekat dengan anak.
4) Lebih mengutamakan kompetensi dasar
yang akan dicapai daripada tema.
7.
Langkah-langkah
Menyusun Pembelajaran Tematik
1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang
sama dari setiap mata pelajaran.
2) Pilihlah tema yang dapat
mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester.
Pilihan Tema: Diri Sendiri,
Keluarga, Lingkungan, Tempat Umum, Pengalaman, Budi Pekerti, Kegemaran,
Tumbuhan, Hiburan, Binatang, Transportasi, Kesehatan, K3, Makanan, Pendidikan,
Pekerjaan, Peristiwa, Pariwisata, Kejadian Sehari-hari, Pertanian, Negara,
Komunikasi, dsb.
3) Buatlah “Matriks Hubungan
Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan
menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yang cocok
dikembangkan dengan sebuah tema. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran.
c.
Model
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM/Joyfull
Learning)
a.
PAKEM
adalah strategi pembelajaran yang menciptakan variasi kondisi eksternal dan
internal dengan melibatkan siswa secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan sehingga pembelajaran bermakna.
b.
Pembelajaran
aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas
peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas
dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapatkan
berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih
dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan menyintesis, serta melakukan
penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam
kehidupan seharihari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model
pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan
oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan
sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam model pembelajaran aktif, guru
lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan
kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik.
Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses
pembelajaran sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta
mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
c.
Pembelajaran
kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat
memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran
berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi,
misalnya, kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Pembelajaran
kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik
dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakkan.
Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan
melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Berpikir
kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik
terbiasa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Pada umumnya
berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut. Tahap pertama;
persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji. Tahap kedua;
inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi
tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. Tahap ketiga;
iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis
tersebut benar, tepat, dan rasional. Tahap keempat; verifikasi, yaitu
pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendari, konsep, atau
teori. Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif
dan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
d.
Pembelajaran
dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi
peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara
optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik
harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran sehingga
suasana pembelajaran betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan
pembentukan kompetensi peserta didik.
Pembelajaran efektif menuntut
keterlibatan peserta didik secara aktif karena mereka merupakan pusat kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk
menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat
diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses
pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman
yang sama terhadap materi standar. Pembelajaran efektif perlu ditunjang oleh
suasana dan lingkungan belajar yang memadai. Maka dari itu, guru harus mampu
mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola
kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola
sumber-sumber belajar.
e.
Pembelajaran
menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran
yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta
didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan
kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik
antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan
diri sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini dimungkinkan
karena pesatnya perkembangan teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru
untuk mendapatkan informasi lebih cepat dari peserta didiknya. Dalam hal ini
perlu diciptakan suasana yang demokratis, dan tidak ada beban baik bagi guru
maupun peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan guru harus mampu merancang
pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.
f.
Prosedur
PAKEM
1) Pemanasan dan apersepsi Pemanasan
dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan peserta didik,
memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong
mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan apersepsi ini dapat
dilakukan sebagai berikut. (a) Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang
diketahui dan dipahami peserta didik. (b) Memotivasi peserta didik dengan bahan
ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka. (c) Gerakkan peserta didik
agar tertarik dan bernafsu untuk mengetahui hal-hal yang baru. 2) Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan
mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal
tersebut dapat ditempuh sebagai berikut. (a) Perkenalkan materi standar dan
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik; (b) Kaitkan materi
standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang
sudah dimiliki oleh peserta didik; (c) Pilihlah metode yang paling tepat, dan
gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap
materi standar dan kompetensi baru. 3) Konsolidasi pembelajaran Konsolidasi
merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik.
Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Libatkan
peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan
kompetensi baru; (b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan
masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah aktual; (c)
Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi standar
dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam
lingkungan masyarakat; (d) Pilihlah metodologi yang paling tepat sehingga
materi standar dapat diproses menjadi kompetensi peserta didik. 4) Pembentukan
kompetensi, sikap, dan perilaku Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku
peserta didik dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Doronglah peserta didik
untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari; (b) Praktekkan pembelajaran secara langsung agar peserta
didik dapat membangun kompetensi, sikap, dan perilaku baru dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; (c) Gunakan metodologi yang
tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap, dan perilaku peserta didik. 5)
Penilaian Kegiatan penilaian dapat dilakukan sebagai berikut. (a) Kembangkan
cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) Gunakan hasil
penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik
dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada
peserta didik; (c) Pilihlah metode yang paling tepat sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai.
5.
ALTERNATIF
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
a.
Pembelajaran
kooperatif (Cooperative
Learning)
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu strategi belajar mengajar yang menekankan pada
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang
atau lebih.
Keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerja
sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.
Cooperative
learning ini juga
memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh
dari guru, melainkan juga bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran
itu, yaitu teman sebaya.
Jadi,
keberhasilan belajar dalam pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan
individu secara utuh melainkan perolehan itu akan baik jika dilakukan secara
bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
Beberapa
karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:
a. individual accountability,
yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sehingga keberhasilan
kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota;
b. social skill, meliputi
seluruh hidup sosial, kepekaan sosial, dan mendidik siswa untuk menumbuhkan
pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan
ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan
menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan membentuk kesadaran
sosial;
c. positive interdependence adalah
sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam
kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran
serta setiap anggota kelompok karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki
kontribusi. Jadi, siswa berkolaborasi bukan berkompetisi;
d. group processing, proses
jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.
Perancangan
dan pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning didasari oleh
pemikiran filosofis “Greeting Better Together”, yang berarti untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara
bersama-sama. Untuk menciptakan “kebersamaan” dalam belajar, guru harus
merancang program pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan
siswa sehingga mampu mengondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar siswa dalam
interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan bukan saja di dalam
kelas melainkan juga di luar lingkungan sekolah.
Langkah-langkah
model pembelajaran Cooperative Learning sebagai berikut:
1) guru merancang pembelajaran,
mempertimbangkan, dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial
yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama
berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang pembelajaran juga harus
mengorganisasikan materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi
kerja kelompok. Untuk memulai pembelajarannya, guru harus menjelaskan tujuan
dan sikap serta keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh
siswa selama pembelajaran;
2) dalam aplikasi pembelajarannya di kelas, guru
merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, pemahaman, dan
pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam
kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat
menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk;
3) dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru
mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok, dalam
pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan
belajar;
4) guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Guru juga memberikan beberapa
penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan dan
dilatihkan kepada para siswa.
Alasan pembelajaran Cooperative Learning perlu dilaksanakan dengan alasan
sebagai berikut.
1) Terciptanya kehidupan bermasyarakat
yang saling”asah-asih-asuh”, rukun, damai, harmoni tanpa saling curiga
merupakan impian semua orang. Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
masyarakatnya majemuk, isu-isu SARA mudah sekali digunakan oleh orang atau
kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk memecahkan bangsa.
2) Keharmonisan dapat terwujud jika
masing-masing mau terbuka, mau mendengar, dan saling memahami kekurangan serta
kelebihan orang lain. Menyadari hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil.
Jadi, guru dapat memulainya sejak anak-anak duduk di sekolah dasar melalui
proses pembelajaran.
3) Beberapa manfaat model pembelajaran
Cooperative Learning dalam proses belajar-mengajar antara lain:
(a) dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar-mengajar yang
bersifat terbuka dan demokratis;
(b) dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri
yang telah dimiliki oleh siswa;
(c) dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap,
nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat;
(d) siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga
sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa
lainnya;
(e) siswa dilatih untuk bekerja sama, karena bukan materi
saja yang dipelajari melainkan juga tuntutan untuk mengembangkan potensi
dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya;
(f) memberi kesempatan kepada siswa
untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara
langsung sehingga sesuatu yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
b.
Pembelajaran
Keterampilan Proses
Pembelajaran
keterampilan proses adalah pembelajaran dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproses perolehan sehingga siswa mampu menemukan
dan mengembangkan fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan sikap dan nilai.
Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan
dan pengembangan fakta dan konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap dan
nilai. Seluruh irama dan gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar
tersebut akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Langkah-langkah
kegiatan keterampilan proses di antaranya mengobservasi atau mengamati,
termasuk di dalamnya: menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan
ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen,
mengendalikan variabel, menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun
kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
Esensi kecakapan hidup adalah kemampuan seseorang untuk
memahami dirinya dan potensinya dalam kehidupan, antara lain mencakup penentuan
tujuan, memecahkan masalah dan hidup bersama orang lain. Kemampuan tersebut
akan membantu untuk hidup dalam lingkungannya dengan sehat serta memiliki
perilaku yang produktif. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kecakapan hidup
membantu siswa untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya, bukan hanya obat
terlarang melainkan lebih dari itu untuk mengajarkan dasar-dsar kecakapan hidup
untuk memasuki kehidupan sebagai orang dewasa dengan berhasil (Davis, 2000).
Selain itu, kecakapan hidup dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan
secara wajar tanpa merasa tertekan, secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam hidup, di mana pun
dan kapan pun orang selalu menemui masalah yang harus dipecahkan. Kecakapan
hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu :
a.
Kecakapan Mengenal Diri (self awareness), yang juga
sering disebut kemampuan personal (personal skills) mencakup: 1)
penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan
warga negara; 2) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi sendiri dan lingkungannya
b.
Kecakapan Berpikir Rasional (thinking skills) mencakup :
1) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills), 2)
kecakapan bekerja sama (collaboration skills).
Berempati, sikap
penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang
dimaksud berkomunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan melainkan isi dan
sampainya pesan disertai dengan kesan baik akan menumbuhkan hubungan yang
harmonis. Bagi bangsa Indonesia yang bersifat religius, kecakapan hidup (life
skills) di atas masih harus ditambah sebagai panduan, yaitu akhlak.
Artinya, kesadaran diri, berpikir rasional, hubungan interpersonal, kecakapan
akademik serta kecakapan vokasional harus dijiwai oleh akhlak mulia. Akhlak
harus menjadi kendali setiap tindakan seseorang. Oleh karena itu, kesadaran
diri sebagai makhluk Tuhan harus mampu mengembangkan akhlak mulia tersebut. Di
sinilah pentingnya pembentukan jati diri dan kepribadian (character building)
guna menumbuhkembangkan penghayatan nilai-nilai etika, sosial, dan religius
yang merupakan bagian integral dan pendidikan di semua jenis dan jenjang.
Kecakapan akan diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus
tertentu. Misalnya untuk memecahkan maslah penjualan barang yang tidak laku,
tentu diperlukan keterampilan pemasaran dan seterusnya
c.
Kecakapan Sosial (social thinking),
d.
Kecakapan Akademik (academic skills) atau
kemampuan berpikir ilmiah (scientific method) mencakup: identifikasi
variabel, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian.
e.
Kecakapan Vokasional (vocasional skills) sering
disebut keterampilan kejuruan, artinya keterampilan yang dikaitkan dengan
bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Perlu disadari bahwa di
alam kehidupan nyata, antara general life skills (GLS) dan specific
life skills (SLS), antara kecakapan mengenai diri, kecakapan berpikir
rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional tidak
berfungsi secara terpisah-pisah, atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang
terjadi sebuah tindakan individu dapat melibatkan aspek fisik, mental,
emosional, dan intelektual. Derajat kualitas tindakan individu dalam banyak hal
dipengaruhi oleh kualitas kematangan berbagai aspek pendukung tersebut.
·
Tujuan
Pembelajaran Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi siswa Program life skills didesain
agar bermanfaat bagi siswa, memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan oleh siswa, memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
oleh siswa untuk meningkatkan tanggung jawabnya dan untuk mengembangkan potensi
sepenuhnya. Tujuan umum pembelajaran life skills bagi siswa adalah untuk
mengembangkan sikap, kemauan, kecakapan manajemen diri, kecakapan akademik,
kecakapan sosial kemasyarakatan dan kecakapan vokasional serta pengetahuan yang
diperlukan untuk memasuki alam pekerjaan dan kehidupannya dalam masyarakat.
Siswa diharapkan mampu mengembangkan kecakapan yang akan diperlukannya agar
dapat berkiprah secara mandiri dalam masyarakat dan memiliki kemampuan
sebaik-baiknya. Tujuan khusus pembelajaran life skills adalah:
1) menyajikan kecakapan berkomunikasi dengan menggunakan
berbagai teknik yang memadai bagi siswa;
2) mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan
masyarakat masa kini dan memenuhi kebutuhan di masa datang;
3) mengembangkan kemampuan membantu diri dan kecakapan
hidup agar setiap siswa dapat mandiri;
4) memperluas pengetahuan dan
kesadaran siswa mengenai sumber-sumber dalam masyarakat;
5) mengembangkan kecakapan akademik
yang akan mendukung kemandirian setiap siswa;
6) mengembangkan kecakapan pravokasional dan vokasional
dengan memfasilitasi latihan kerja dan pengalaman kerja di masyarakat;
7) mengembangkan kecakapan untuk memanfaatkan waktu
senggang dan melakukan rekreasi;
8) mengembangkan kecakapan untuk
memecahkan masalah untuk membantu siswa melakukan pengambilan keputusan masa
kini dan di masa depan.
·
Desain
Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pembelajaran dalam program life skills dilaksanakan
secara individual atau dalam kelompok kecil, dengan berlandaskan kebutuhan
belajar setiap siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan secara individual terutama
bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Fokus pembelajaran life skills adalah:
1) komunikasi,
2) membantu diri sendiri,
3) kehidupan mandiri,
4) kemampuan akademik,
5) kecakapan pravokasional dan vokasional,
6) pemanfaatan waktu luang dan rekreasi,
7) pendidikan jasmani,
8) pemecahan masalah,
9) kecakapan pribadi/sosial, dan
10) kecakapan bermasyarakat.
- CIRI - CIRI PENGAJARAN BAHASA TERPADU DAN KOMUNIKASI
Frase ciri-ciri
pengajaran bahasa terpadu dan komunikatif sebenarnya berisi dua fase.Frase
pertama adalah ciri-ciri pengajaran bahasa terpadu. Frase kedua adalah
ciri-ciri pengajaran bahasa ( secara)
komunikatif . ini berarti bahasa ciri-ciri pengajaran bahasa terpadu dan
komunikatif terus digali, di
identifikasi dan dirumuskan dari kedua frase itu dengan kata kunci pengajaran
komunikatif..
Salah satu
karasteristik pengajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 1994 adalah
keterpaduan. Keterpaduan itu terlihat dalam tujuan, bahan , dan kegiatan belajar.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara umum dapat dikatakan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi siswa melalui penggunaan bahasa lisan dan tulkisan
secara baik dan benar. Pembelajaran kebahasaan, penggunaan, pemahaman, dan
apresiasi sastra harus diarahkan dan dimanfaatkan untuk menumbuhkan kemampuan
berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar.
bahan pembelajaran bahasa dapat terpadu dengan bahan pembelajaran apresiasi sastra. Bahkan pembelajaran bahasa pun dapat berpadu dengan bahan pelajaraan lain seperti Ipa, Ips dan Matematika. Di sekolah Dasar ada kelas-kelas rendah mata pelajaraan IpA dan Ips disajikan melalui mata pelajaraan bahsa Indonesia. Berikut ini disajikan keterpaduaan bahan pelajaraan bahasa dengan bahan mata pelajaraan Ipa, dan ketrpaduan bahan pembelajaraan dengan bahan mata pembelajaraan Matematika. Masing –masing contoh disertai diagram yang menggambarkan saling sumbangan antara bahasa dan Ipa serta antara bahsa dan matematika.Keterpaduan antara bahan pembelajaan bahasa dan bahan pelajaraan IPA terganbar dalam kegiatan belajar-mengajar berikut.
bahan pembelajaran bahasa dapat terpadu dengan bahan pembelajaran apresiasi sastra. Bahkan pembelajaran bahasa pun dapat berpadu dengan bahan pelajaraan lain seperti Ipa, Ips dan Matematika. Di sekolah Dasar ada kelas-kelas rendah mata pelajaraan IpA dan Ips disajikan melalui mata pelajaraan bahsa Indonesia. Berikut ini disajikan keterpaduaan bahan pelajaraan bahasa dengan bahan mata pelajaraan Ipa, dan ketrpaduan bahan pembelajaraan dengan bahan mata pembelajaraan Matematika. Masing –masing contoh disertai diagram yang menggambarkan saling sumbangan antara bahasa dan Ipa serta antara bahsa dan matematika.Keterpaduan antara bahan pembelajaan bahasa dan bahan pelajaraan IPA terganbar dalam kegiatan belajar-mengajar berikut.
a. IPA/Benda hidup dan tak
hidup.
-
Mari kita ke halaman sekolah untuk mengamati
benda-benda di sana.
-
Laporkan hasil pengamatan ( masing-masing
kelompokan)
-
Golongkan benda-benda tersebut, manakah yang
termasuk benda hidup dan manakah benda tak hidup ?
Kegiataan belajar atau pembelajaraan dapat berfokus pada
kebahasaan, pemahaman , dan penggunaan. Walaupun fokus pembelajaraan tertuju
pada satu aspek , misalnya bercerita. Namun dalam kegiataan belajarnya keempat
aspek menyimak , berbicara , membaca dan menulis muncul secara terpadu.
Misalnya pembelajaraan “ menceritakan cerita binatang yang pernah di dengar “
dapat dilaksanakan sebagai berikut.
(a)
Menyimak cerita binatang yang diceritakan
(b)
Mencatat pelaku cerita. Watak pelaku
(c)
Mencatat urutan kejadiaan cerita
(d)
Mencatat tempat dan waktu kejadiaan cerita
(e)
Menuliskan kembali cerita itu
(f)
Membaca cerita yang telah ditulis dan memperbaiki
bagian cerita yang belum sempurna
(g)
Menghafalkan cerita yang didengar atau cerita yang
telah ditulis kembali
(h)
Menceritakan cerita yang pernah di dengar
Ada kalanya dua atau lebih pembelajaraan dipadukan oleh
bahan pembelajaraan berupa wacana dengan tema tertentu. Misalnya pembelajaraan
(i) mengamati lingkungan, mengajukan pertanyaan dan menceritakaan hasil
pengamataan, (ii) membaca dalam hati dan mengajukan atau menjawab pertanyaan ,
dan (iii) menggunakan huruf kapital secara tepat dalam kalimat dengan tema
lingkungan terpadu.
Pada hakikatnya , belajat berbahasa adalah belajar
berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pengajaraan bahasa yang
menggunakan pendekataan komunikatif diarahkan untuk meningkatkan keterampilaan
siswa dalam komunikasi. Pengajaraan bahasa indonesia di SD pun menggunakan
pendekataan komunikatif. Karena itu pembelajaraan-pembelajaraan bahasa
indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Ini berarti, belajar bahasa
berarti belajar komunikasi.
Bahasa sebagai
bahan kajian disajikan secara bermakna dan secara fungsional. Yang diajarkan
kepada siswa bukan struktur yang ada dalam angan-angan , melainkan struktur
yang mengait pada konteks yang wajar,
konteks yang memang sungguh terdapat pada interaksi pada antara penutur yang
berkomunikasi, bukan konteks yang dibuat-buat demi pembelajaraan struktur
tertentu. Ini berarti, pengajaraan bahasa berlangsung secara konstektual dan
fungsional.
Bahasa bukan hanya mewakili struktur saja tetapi juga
mana yang terkandung di dalamnya. Pengajaraan bahasa komunikatif sangat
mementingkan makna tinimbang struktur bahasa. Ini tidak berarti struktur bahasa
tidak diperhatikan atau mementingkan sama sekali.
Pengajaran bahasa komunikatif menganjurkan bahwa kesan
berbahasa lisan dan tertulis di mulai sejak dini , kelas satu dan kelas dua SD
. Dalam GBPP mata Pelajaraan sunda dan sastra indonesia SD ditemukan berbagai
pembelajaraan membaca dan menulis permulaan. Ini berarti kegiatan berbahasa ,
menyimak , berbicara , dan menulis dapat dilakukan sejak kelas rendah di SD.
Apabila anda perhatikan dengan cermat pembelajaraan
bahasa yang ada dalam GBPP mata pelajaraan bahasa dan sastra indonesia sekolah
dasar semuanya berupa kegiataan siswa. Dalam belajar berbahasa siswa harus ikut
terlibat , ikut melakukan , turut melaksanakan menyimak, berbicara, membaca ,
dan menulis. Latihan seperti bermain peran , bercerita ,bercakap-cakap
berdiskusi , bertelepon , dan berwawancara , dan lain-lain sangat baik untuk
meningkatkan keterampilan berbahsa sebagai basis kemampuan berkomunikasi. Harus
diingat latiahan itu tidak boleh memberatkan siswa.
Dalam kegiataan belajar bahasa , siswa melakukan
kesalahan dalam pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat. Hal itu adalah hal yang lumrah
karena kesalahan berbahasa merupakan bagian intergral dari proses belajar
bahasa.
GBPP Mata pelajaraan bahasa indonesia , kurikulum 1994
menganut prinsip keanekaan dalam penentuan sumber belajar siswa. Dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar.
Sumber belajar siswa dapat digunakan sumber-sumber
berikut ini.
a.
Buku-buku
-
Buku-buku pelajaraan yang diwajibkan atau buku
paket
-
Buku pelajaraan yang pernah dipaki dan masih
relavan
-
Buku pelengkap yang disahkan oleh departement
-
Buku bacaan
-
Bunga rampai
-
Kamus
-
Ensiklopedia
b.
Media cetak
-
Surat kabar
-
Majalah
c.
Media elektronika
-
Radiao
-
Kaset
-
Televisi
-
Video
d.
Lingkungan
-
Alam
-
Sosial
-
Budaya
e.
Narasumber
f.
Pengalaman dan minat anak
g.
Hasil karya siswa
Paling sedikit ada tujuh ciri-ciri pengajaraan bahasa
komunikatif yang tersirat dalam uraian tersebut diatas. ketujuh ciri-ciri
pengajaraan bahasa kominikatif dapat disimpulkan seperti berikut.
(a)
Belajar bahasa adalah belajar berkomunikatif
(b)
Pembelajaraan bahasa berlangsung secara kentekstual
dan fungsional
(c)
Makna lebih dipentingkan daripada struktur bahasa
(d)
Kegiataan berbahasa lisan dan tertulis dapat
dimulai sejak 1 dan 2 SD
(e)
Cara belajar aktif
(f)
Kesalahan berbahasa adalah bagian dari proses
belajar
(g)
Keanekaan sumber belajar
Dari frase pengajaraan bahasa terpadu ditemukan ada empat
ciri-ciri pengajaraan bahasa terpadu. Dari frase pengajaraan komunikatif
ditemukan tujuh ciri-ciri pengajaraan
bahasa komunikatif. Kesimpulannya, ciri-ciri pengajaraan bahasa terpadu dan
komunikatif ada sebelas butir seperti tertulis berikut.
Ciri-ciri pengajaraan bahasa terpadu dan komunikatif
1.
Terpadu dalam tujuan
2.
Terpadu dalam bahan dengan mata pelajaraan lain
3.
Terpadu dalam kegiataan belajar
4.
Terpadu dalam wadah pembelajaraan (tematis)
5.
Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi
6.
Pembelajaraan bahasa berlangsung secara kontekstual
dan fungsioanl
7.
Makna lebih di pentingkan dan pada struktur bahasa
8.
Membaca dan menulis dapat dimilai sejak dini
9.
Cara belajar aktif
10.
Kesalahan berbahasa adalah bagian dari proses
belajar
11.
Keanekaan sumber belajar
Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar
berkominikasi. Oleh karena itu pengajaraan bahasa yang menggunakan pendekataan
kominikatif diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
berkomunikasi. Pengajaraan bahasa indonesia di SD di arahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa indonesia baik secara lisan
maupun tertulis. Ini berarti, belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi.
Misalkan pembelajaraan yang dipilih adalah pembelajaraan
menceritakaan kembali isi dongeng yang pernah didengar. Pembelajaraan ini
berfokus pada aspek berbicara, namun dalam pelaksanaan pembelajaraan semua
aspek kegiataan berbahasa berlangsung secara terpadu seperti contoh tersebut :
(a)
Menyimak pembacaan dongeng
(b)
Membaca dongeng engan cermat
(c)
Mencatat kata-kata sukar
(d)
Bertanya kepada guru atau melihat kamus makna
kata-kata tersebut
(e)
Mencatat pelaku , urutan cerita , tempat , dan
terjadinya dongeng.
(f)
Menyusun butir-butir isi dongeng
(g)
Menghafalkan isi dongeng
(h)
Menceritakan kembali isi dongeng
Perluasaan kaliamat
Kalimat inti kalimat
luas
-
Saya gembira -
kemudian saya pergi ke sekolah
-
Saya bangga - di sana ibu & ayah sedang sarapan
-
Saya ragu - saya menjadi penasaraan
-
Ayah maklum - saya membaca koran itu
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
REFERENSI