PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Salah satu
bimbingan dan konseling di sd adalah murid cerdas dan berbakat. Pelaksaan
bimbingan murid cerdas dan berbakat merupakan amanah rakyat yang dituangkan
dalam GBHN 1993 dan UU nomor 2 tahun 1998 tentang sistem pendidikan
nasional.oleh karena itu, pemahaman tentang siapa murid cerdas dan berbakat
hendaknya multi dimensional. Oleh kerena itu, penghampiran pengertian murid
cerdas dan berbakat hendaknya menyeluruh.
Bimbingan bagi
murid cerdas dan berbakat hendaknya dari karakteristik dan kebutuhan murid itu
sendiri. Pemahaman akan kebutuhan dan karakteristik murid cerdas dan berbakat
merupakan fondasi bagi guru dalam memberikan bimbingan bagi murid cerdas dan
berbakat. Berbagai bentuk program pengembangan muruid cerdas dan berbakat,
salah satu diantaranya dapat di dekati dari bimbingan dan konseling tekhnik
bimbingan merupakan alternatif yang dapat diterapkan dalam mengembangkan
kemampuan murid cerdas dan berbakat. Penyelenggaraan kelas unggulan di SD yang
telahdi rintis sejak tahu ajaran 1996/1997. Merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam mengembangkan murid cerdas dan berbakat, khususnya bakat
akademik.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
definisi murid cerdas dan berbakat ?
2.
Bagaimana
karakteristik murid cerdas dan berbakat ?
3.
Bagaimana
cara mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat ?
4.
Bagaimana
penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat ?
5.
Bagaimana
teknik bimbingan bagi murid cerdasdan berbakat ?
6.
Bagaimana
penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model bimbingan murid cerdas dan
berbakat ?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat
dirumuskan tujuan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
definisi murid cerdas dan berbakat ?
2.
Bagaimana
karakteristik murid cerdas dan berbakat ?
3.
Bagaimana
cara mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat ?
4.
Bagaimana
penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat ?
5.
Bagaimana
teknik bimbingan bagi murid cerdasdan berbakat ?
6.
Bagaimana
penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model bimbingan murid cerdas dan
berbakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
MURID CERDAS DAN BERBAKAT
Definisi kecerdasan
bisa Anda temukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu perihal cerdas,
perbuatan mencerdaskan, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti
kepandaian, ketajaman pikiran. Namun hingga kini, para ahli masih belum sepakat
soal definisi kecerdasan. Berikut pendapat pakar tentang kecerdasan:
a.
Cerdas
merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang
bernilai budaya, (Howard Gardner).
b.
Cerdas
yaitu Kemampuan untuk mempelajari fakta-fakta dan keahlian-keahlian serta mampu
menerapkan apa yang telah dipelajari, khususnya bila kemampuan ini telah
berhasil dikembangkan, kemampuan untuk memberikan respons secara cepat dan
berhasil pada suatu situasi yang baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam
memecahkan masalah, kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman,
kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan, kemampuan mental,
kemampuan untuk belajar, mengerti dan bernalar, kemampuan mental. Murid / anak
cerdas dalam istilah berbahasa Inggris disebut Bright Child. Ia berbeda dengan
anak-anak gifted (berbakat), karena Bright Children (anak cerdas ) sekalipun ia
mempunyai IQ melebihi rata-rata, namun Bright Children mempunyai kreativitas
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Sedangkan murid berbakat yaitu anak-anak
yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata anak normal, dengan batasan IQ di
atas 130, dengan kreativitas, motivasi dan ketahanan kerjayang tinggi
(Renzuli).
c.
Selain
itu juga dapat diartikan anak yang oleh orang-orang profesional
diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul (Utami Munandar).
d.
Sedangkan
menurut Depdiknas (2003), anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan
atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi
memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf
cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada tugas yang tergolong
baik.
e.
Definisi
menurut USOE (United States Office of Education), anak berbakat adalah anak
yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang
seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik
spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama
dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan
kemampuan-kemampuannya. Keberbakatan (giftedness) dan keunggulan dalam kinerja
mempersyaratkan dimilikinya tiga cluster ciri-ciri yang saling terkait, yaitu:
kemampuan umum atau kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas sebagai
motivasi internal cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas, ketiga karakteristik tersebut perlu
ditumbuhkembangkan dalam tiga lingkungan pendidikan, yakni keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Batasan anak
berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memilikikemampuan-kemampuan
yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”.Istilah yang sering
digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul atau
anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata anak normal, diantaranya
adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal, berbakat, genius, gifted,
gifted and talented, dan super. Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (1982;
376) mengemukakan “Besides the word ‘gifted’ a variety of other terms have be
en used to describ individuals who are superior in some way : “talented,
creative, genius, and precocious, for example”. Precocity menunjukkan
perkembangan yang sangat cepat.Beberapa anak gifted memperlihatkan precocity
dalam area perkembangan seperti bahasa, musik, atau kemampuan matematika.
Martison dalam SC.
Utami Munandar (1982; 7) memberikan batasan anak berbakat sebagai berikut;
“Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orangorang profesional
memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikanprestasi yang
tinggi.Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan
atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, agar dapat
mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat”.David
G. Amstrong and Tom V. Savage (1983; 324) mengutip dari Public Law 91-230
(United States Statutes at Large 1971, p. 153) sebagai berikut : (1) The ter,
“gifted and talented children” mean, in accordance with objective criteria
prescribed by the commissioner, children who hav outstanding intelectual
ability or creative talent, the development of which requires special
activities or services not ordinarily provided by local educational agencies.
Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah “mereka
yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu
IQ = 120 ke atas”. Sedangkan Renzulli (1979) melalui teorinya yang disebut
“Three Dimensional Model” atau “Three-ring Conception” tentang keberbakatan.
Keberbakatan mencakup tiga dimensi yang saling berkaitan,yaitu (a) kecakapan di
atas rata-rata, (b) kreativitas, dan (c) komitmen pada tugas.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anakberbakat itu disamping
memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga menunjukkan penonjolan kecakapan
khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya.
Anak ini disebut juga “gifted and talented” yang berarti berbakat intelektual.
Di sini kita harus membedakan antara bakat sebagai potensi bawaan dan bakat
yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Semua anak berbakat mempunyai
potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya telah berhasil mewujudkan potensi
unggul tersebut secara oftimal.
Pengertian
keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai perubahan, dan kini
pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan intelektual tinggi, juga
menunjuk kepada kemampuan kreatif., bahkan menurut Clark (1986) dalam Conny
Semiawan (1994), kreativitas adalah ekpresi tertinggi keberbakatan.
Keberbakatan
dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan, bahkan bagi sementara ahli
sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan “cultur bound” (dibatasi oleh
batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan
mengerti keberbakatan tersebut yaitu :
1) Keberbakatan itu adalah
ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawasejak lahir maupun
yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungannya.
2) Keberbakatan itu ikut
ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungankebudayaan dimana seseorang yang
berbakat itu hidup. (Conny semiawan; 1994 :40).
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat
diklasifikasikanmenjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah
Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius.Ketiga kelompok anak
tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1)
Genius :
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa,
sehingga dapatmenciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya.Intelligence
Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200.Anak genius memiliki
sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai
banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya.
Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif,
diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois),
temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul,
senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima
pendapat orang lain.
2)
Gifted :
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang
tingkatkecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ
tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama,
dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki
karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu,
imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
3)
Superior :
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110
sampai dengan 125sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi.Anak superior
memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat
membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat
perhatian dari temantemannya.James H. Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302)
mengemukakan bahwa karakteristik anak berbakat itu (gifted) meliputi; physical,
personal, and social characteristics. Sedangkan David G. Amstrogn and Tom V.
Savage (1983; 327) mengemukakan; “Gifted and talented students are individuals
who arecharacteristized by a blaned of (1) high intelligence, (2) high task
comitment, and (3) high creativity. Secara umum hampir semua pendapat itu sama,
bahwa anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan
anak-anak pada umumnya.
Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat
memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara
luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran,
cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan
formulaformula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan (gemar
membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan
memiliki rasa ingin yang sangat besar” (Renzuli, 1979, Fahrle dkk.; 1985,
Galagher, 1985, Maker; 1982) dalam Dedi Supriadi (1992; 9).
2.2 KARAKTERISTIK
MURID CERDAS DAN BERBAKAT
2.2.1
Karakteristik Anak Berbakat
1.
Karakteristik
Akademik
Menurut Zaenal Alimin 1996 dalam Roe,
karakteristik bakat akademik antara lain:
a.
Memiliki
ketekunan dan rasa ingin tahu yang besar.
b.
Keranjingan
membaca (senang membaca).
Mulyono Abdurahman dalam Kitano dan kirbi
1986, karakteristik bakat akademik antara lain:
a.
Memiliki
perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus.
b.
Memiliki
pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus.
c.
Mampu
mengaplikasikan teori dan konsep yang dimilikinya kedalam bidang lain.
d.
Kesediaan
mencurahkan perhatian untuk mencapai standar yang lebih tinggi.
e.
Memiliki
sifat yang kompetitif yang tinggi.
f.
Mampu
Belajar dengan cepat dalam suatu bidang tertentu.
2.
Karakteristik
Sosial/Emosional
Karakteristik Anak
Berbakat Bidang Sosial:
a.
Diterima
oleh mayoritas teman sebaya.
b.
Keterlibatan
dalam bidang sosial.
c.
Menjadi
Juru pemisah dalam pertengkaran.
d.
Memiliki
kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur.
e.
Tidak
depensif dan tenggang rasa.
f.
Bebas
dari tekanan emosi dan mampu mengontrol emosi.
g.
Mampu
mempertahankan hubungan abadi dengan teman.
h.
Mampu
merangsang prilkau produktif bagi orang lain.
i.
Kapasitas
tinggi untuk menanggulangi situasi soisal, dengan cerdas dan penuh humor.
3.
Karakteristik
Fisik dan Kesehatan
3.1. Terman dalam
Samuel Kirk 1986:
a.
Memiliki
penampilan yang menarik dan rapi.
b.
Kesehatan
berada lebih baik dari yang lain.
3.2.Renzuli dalam Sisk 1987:
a.
Kemampuan
jauh di atas rata rata.
b.
Kreatifitas
tiinggi.
c.
Tanggung
jawab dan pengikatan diri terhadap tugas.
2.2.2
Ciri Ciri Anak yang Pintar dan Cerdas
1.
Mempertahankan
Informasi
Istilah
"masuk telinga kiri keluar telinga kanan" nampaknya berlaku bagi
kebanyakan anak. Akan tetapi anak yang pintar benar-benar mempertahankan
berbagai informasi dan mampu mengingatnya di lain waktu. Sebuah contoh dari National Association of Gifted Children
(NAGC) ialah: "Seorang anak berusia enam tahun kembali dari perjalanan
museum ruang angkasa dan mereproduksi kembali secara akurat gambar roket ruang
angkasa yang telah dilihatnya.
2.
Memiliki
Ketertarikan Luas.
Anak
pintar menampilkan minat dalam berbagai topik. Mereka mungkin suka dengan
dinosaurus dalam satu bulan, ruang angkasa bulan berikutnya, dan seterusnya.
3.
Menulis
dan Membaca Lebih Awal
Jika
anak anda adalah seseorang yang pintar, dia mungkin dapat membaca dan menulis
sangat dini dan tanpa pengajaran formal.
4.
Berbakat
di Bidang Musik atau Seni
Anak
yang menampilkan bakat luar biasa untuk musik dan seni sering dianggap pintar.
Anak yang dapat menggambar, bernyanyi dengan sempurna, atau menampilkan bentuk
persepsi seni yang tinggi lainnya biasanya masuk dalam kategori anak pintar.
5.
Menunjukkan
Waktu Konsentrasi Intens
Anak
tidak begitu identik dengan rentang perhatian yang panjang, tapi anak pintar
mampu memiliki waktu lebih konsentrasi intens.
6.
Memiliki
Ingatan Baik
Beberapa
anak pintar mampu mengingat hal-hal sewaktu mereka lebih kecil. Misalnya, anak
berumur dua tahun mungkin ingat dan membawa kembali kejadian ketika dia berusia
18 bulan.
7.
Memiliki
Kosakata Tinggi
Seorang
anak yang terlalu dini untuk berbicara bukan saja merupakan tanda kepintaran,
tapi jika anak anda berbicara menggunakan kosakata yang lebih maju dan
kalimat-kalimat, maka dia mungkin memang sepintar yang anda bayangkan. Menurut
NAGC, "Anak pada usia dua tahun membuat kalimat seperti: 'Ada anjing.'
Anak dua tahun yang pintar mungkin akan berkata, 'Ada seekor anjing di belakang
rumah dan ia mengendus bunga.”
8.
Memperhatikan
Detil
Anak
pintar memiliki mata tajam untuk detil. Anak yang lebih tua mungkin ingin tahu
rincian spesifik tentang bagaimana segala sesuatu bekerja, sedangkan anak yang
lebih muda akan dapat menaruh kembali mainan persis di mana ia mendapatkannya
atau memperhatikan jika sesuatu telah dipindahkan dari tempat biasa.
9.
Bertindak
sebagai Kritikus Sendiri
Pada
umumnya anak tidak terlalu khawatir tentang diri mereka sendiri atau orang
lain, kecuali teman mereka memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Sebaliknya,
anak pintar prihatin dengan orang lain, tapi yang paling penting diri mereka
sendiri.
10.
Memahami
Konsep Kompleks
Anak
yang sangat pintar memiliki kemampuan untuk memahami konsep yang kompleks,
memahami hubungan, dan berpikir abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara
mendalam dan berpikir tentang solusi.
2.3 CARA
MENGIDENTIFIKASI MURID CERDAS DAN BERBAKAT
Identifikasi anak cerdas dan berbakat pada dasarnya dapat
dilakukan sedini mungkin,
1.
Pada usia 1-2 tahun
Pada masa ini keunggulan
dan kelemahan intelektual anak akan tampak dengan mudah bila anak diberi
rangsangan dengan tepat. Fungsinya ganda, yaitu untuk mengetahui kemungkinan
adanya perkembangan intelektual yang cepat dan tidak terbatas pada
bidang-bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui kemungkinan adanya
kecacatan pada anak.
2.
Pada usia 2-6 tahun
Identifikasi anak usia ini
dapat dilakukan dengan mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya.
Keberbakatan anak akan tampak dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan
berbagai persoalan tanpa mengalami kesulitan yang berarti, serta tidak banyak
memerlukan bimbingan. Karena itu dalam usia dini, orang tua, guru, kelompok
bermain, dan TK tempat menjadi pelaksanaan atau sumber informasi utama.
3.
Pada usia 6 tahun – seterusnya
Pada masa sekolah informasi
keberbakatan bisa diperoleh dari orang tua terutama berkenaan dengan
bidang-bidang yang disenangi, dari guru terutama bidang prestasi, dan dari teman sebaya terutama bidang
kepemimpinan, kreatifitas, dan sosialisasinya.
Dalam identifikasi ini,
penggunaan tes kecerdasan dan tes lain seperti minat, kreativitas, motivasi
juga penting dilakukan. Dengan demikian pada dasarnya ada dua pendekatan untuk
mengidentifikasi murid cerdas dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus, dan
melalui tes, atau penggabungan keduanya. Identifikasi di sekolah dapat
dilakukan melalui tahap:
a.
Tahap Penjaringan (screening)
Tahap penjaringan murid cerdas dan berbakat
di sekolah dapat dilakukan dengan menganalisa data prestasi belajar, usia
kronologis, nominasi oleh teman sekelas, orang tua dan guru. Digunakan acuan
usia kronologis dengan asumsi bahwa murid cerdas dan berbakat memiliki usia
lebih muda namun mampu bersaing dan memiliki usia mental yang lebih tinggi
dibanding dengan teman-teman yang memiliki usia lebih tua. Penjaringan murid
cerdas dan berbakat dimungkinkan pula dengan nominasi oleh orang tua, guru, dan
teman sekelas. Yang dapat dilakukan dengan asumsi bahwa orang-orang terdekat
dengan anak berbakat dan cerdas, memiliki penilaian yang objektif dan intensif,
hasil pengamatan yang relative lama.
b.
Tahap Seleksi (identification)
Tahap seleksi dilakukan terhadap siswa yang
telah lolos tahap penjaringan. Tahap seleksi disaring dengan menggunakan tes. ,
seperti Calour Progressive Matrice (CPM), Wechler Intelligence Scale for
Children (WISC). Sebagai contoh, siswa berbakat adalah siswa yang memiliiki IQ
diatas 120.
Dalam mengidentifikasi peserta didik cerdas
istimewa menggunakan pendekatan multidimensional. Artinya kriteria yang
digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi).
1. Intelligence
Scale for Children (WISC)
Batasan yang digunakan
adalah peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas
ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala Wechsler
(Pada alat tes yang lain = rerata skor IQ ditambah dua standar deviasi),
dimensi kreativitas tinggi (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku tinggi atau
plus satu standar deviasi di atas rerata) dan pengikatan diri (Task
commitment) terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai
baku baik, atau plus satu standar deviasi di atas rerata). Tiga
komponen ini dikenal sebagai Konsepsi Tiga Cincin dari Renzulli (1978, 2005)
yang banyak digunakan dalam menyusun pendidikan untuk anak cerdas istimewa, dan
merupakan teori yang mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa dan
berbakat istimewa (Gifted and Talented children).
2. The Triadich dari Renzulli-Mönks
Model lain adalah The
Triadich dari Renzulli-Mönks yang merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga
Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Mönks ini disebut sebagai
model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari
Renzulli. Dalam model multifaktornya Mönks mengatakan bahwa potensi kecerdasan
istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli itu tidak akan
terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah,
keluarga, dan lingkungan di mana si anak tinggal (Mönks dan Ypenburg, 1995).
Dengan model multifaktor
maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang
tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala berkecerdasan istimewa (giftedness),
toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif
maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya, serta
dalam mengupayakan layanan pendidikannya. Lebih lanjut model pendekatan ini
menuntut keterlibatan pihak orang tua dalam pengasuhan di rumah agar
berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan layanan pendidikan terhadap
anak di sekolah.
Model Triadich
Renzulli-Mönks menuntut sistem pendidikan, keluarga, dan lingkungan untuk dapat
memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik dapat mencapai
prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya kondisi
berprestasi rendah (underachiever) pada seorang anak berkecerdasan
istimewa. Dengan model pendekatan teori ini juga, maka anak-anak yang mempunyai
ciri-ciri berkecerdasan istimewa (dengan ciri-ciri tumbuh kembang, ciri-ciri
personalitas, dan ciri-ciri intelektual) sekalipun underachiever masih
dapat terdeteksi sebagai anak berkecerdasan istimewa yang memerlukan dukungan
dari sekolah, keluarga dan lingkungan agar ia dapat mencapai prestasi yang
istimewa sesuai potensinya.
Model pendekatan
multifaktor lebih fleksibel dalam melakukan deteksi dan diagnosis anak cerdas
istimewa, terutama dalam menghadapi anak-anak dengan kondisi tumbuh kembang
yang mengalami disinkronitas yang besar dan penting, berkesulitan dan
bergangguan belajar (learning difficulties dan learning disabilities),
serta yang mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan
perilaku yang patologis). Fleksibilitas dalam melakukan deteksi yang dimaksud
adalah dimungkinkannya penggunaan daftar dan alat-alat ukur asesmen yang lebih
beragam (Mönks dan Pflüger, 2005).
Heller (2004) mengembangkan
model multifaktor yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari Triadic
Interdependence model Mönks serta Multiple Intelligences dari
Howard Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau
berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama
lain:
(1) faktor talenta (talent) yang
relatif mandiri (relatif mandiri)
(2) faktor kinerja (performance)
(3) faktor kepribadian
(4) faktor lingkungan
Dua faktor terakhir menjadi
perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. Secara
grafis, model tersebut dapat dilihat pada gambar di halaman berikut.
Faktor bakat (talent)
sebagai potensi yang ada dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance)
dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing-masing
berdiri sendiri, yaitu: kemampuan intelektual, kemampuan kreatif, kompetensi
sosial, kecerdasan praktis, kemampuan artistik, musikalitas, dan keterampilan
psikomotor. Sementara itu Faktor kinerja (performance) meliputi delapan
area kinerja, yaitu: matematika, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer,
seni (musik, lukis), bahasa, olah raga, serta relasi sosial.
Bakat (talent) dapat
berkembang menjadi kinerja dengan dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu:
1) Karakteristik
kepribadian yang mencakup: cara mengatasi stres, motivasi berprestasi, strategi
belajar dan strategi kerja, harapan-harapan akan pengendalian, harapan akan
keberhasilan atau kegagalan, dan kehausan akan pengetahuan.
2) Kondisi-kondisi
lingkungan yang mencakup: iklim keluarga, jumlah saudara dan kedudukan dalam
keluarga, tingkat pendidikan orang tua, stimulasi lingkungan rumah, tuntutan
dan kinerja yang ada di rumah, lingkungan belajar, kualitas pembelajaran,
iklim kelas, dan peristiwa-peristiwa kritis.
Di dalam proses terwujudnya bakat menjadi kinerja, bakat
juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan.
Misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi bagaimana orangtua atau
guru memperlakukannya. Di dalam proses terwujudnya kinerja, bakat juga
dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan. Misalnya bakat
yang ada pada anak dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut menjadi semakin
ulet dan tekun atau bakat yang dimiliki juga akan berpengaruh terhadap sikap
orangtua atau guru terhadap anak sehingga berpengaruh terhadap cara
memperlakukan si anak.
Proses Identifikasi merupakan salah satu tahap awal yang
merupakan kunci utama yang penting dalam keberhasilan suatu program layanan
pendidikan khusus bagi siswa CI+BI. Dalam proses rekrutmen dan seleksi
dipengaruhi oleh model layanan pendidikan yang diberikan bagi peserta didik
cerdas istimewa ada beberapa prinsip identifikasi yang perlu diperhatikan
adalah (Klein, 2006; Porter, 2005) yaitu: Cerdas Istimewa merupakan suatu
fenomena yang kompleks sehingga identifikasi hendaknya dilakukan secara
multidimensional dengan:
1) Menggunakan
sejumlah cara pengukuran untuk melihat variasi dari kemampuan yang dimiliki
oleh siswa cerdas istimewa pada usia yang berbeda.
2) Mengukur
bakat-bakat khusus yang dimiliki untuk dijadikan acuan penyusunan program
belajar bagi siswa cerdas istimewa.
3) Tidak
hanya memperhatikan hal-ahl yang sudah teraktualisasi, namun juga
mengidentifikasi potensi.
4) Identifikasi
tidak hanya untuk mengukur aspek kognitif, namun juga motivasi, minat,
perkembangan sosial emosional serta aspek non kognitif lainnya.
Sistem untuk
mengidentifikasi siswa cerdas dan berbakat digambarkan pada artikel ini
berdasarkan pada berbagai penelitian yang telah dilaksanakan selama
bertahun-tahun pada karakteristik individu yang kreatif dan produktif
(Renzulti, 1986). Pada dasarnya, penelitian ini memberitahukan bahwa orang yang
sangat produktif dikategorikan dalam tiga kelompok yang saling terkait
kemampuanya,kelompok ini berada di atas rata-rata (meski tidak harus superior)
kemampuan, komitmen tugas, dan kreatif. Sebuah presentasi grafik dalam materi
ini sesuai pada Gambar 1. Deskripsi berikut perilaku mengajar yang nyata dari
kelompok adalah ringkasan dari konsep-konsep utama dan kesimpulan yang berasal
dari karya teori dan peneliti yang telah melakukan ujian terhadap konsep-konsep
ini.
1)
Mengenai
Kemampuan Di atas Rata-rata
Kemampuan Umum pemikiran abstrak yang tinggi, pengetahuan
verbal dan numerik, hubungan spasial , memori dan perbendaharaan kata. Serta
berdaptasi ke pembentukan situasi yang dihadapi dalam lingkungan
eksternal.Otomatisasi dalam informasi pengolahan: cepat akurat, dan pengambilan
informasi yang selektif.
2)
Kemampuan
khusus
Aplikasi penerapan berbagai kombinasi dari kemampuan umum
di atas terdapat satu atau lebih dari satu keahlian dalam bidang khusus dalam
area kemampuan kinerja manusia (misalnya seni, kepemimpinan, administrasi).
Kemampuan untuk memperoleh dan membuat jumlah pengetahuan
formal maju, pengetahuan, teknik,
logistik dan strategi dalam mengejar masalah tertentu atau pemerataan untuk
daerah-daerah khusus kinerja.
3)
Tugas
Komitmen
Kapasitas tingkat ketertarikan yang tinggi, antusiasme,
ketertarikan, dan keterlibatan dalam masalah tertentu. Bidang studi, atau
bentuk ekspresi manusia. Berdasarkan , daya tahan, tekad, kerja keras, dan
berdedikasi dalam melakukan praktek. Percaya diri. Ego yang kuat dan keyakinan
diri sendiri serta kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan yang cukup
penting, kebebasan dari perasaan rendah diri, dorongan untuk mencapai sesuatu.
Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang signifikan dalam alasan
khusus. Kemampuan untuk menyetel ke saluran utama komunikasi dan perkembangan
baru dengan bidang yang diberikan. Menetapkan standar yang cukup tinggi untuk
suatu pekerjaan, menjaga keterbukaan, kritis, mengembangkan rasa, kualitas, dan
keunggulan tentang salah satu karya sendiri dan karya-karya orang lain.
4)
Kreativitas
Kelancaran, fleksibilitas, gagasan yang orisinil.
Keterbukaan untuk mengalami, menerima, dengan yang baru dan berbeda (bahkan
irrasional) dalam pikiran, tindakan, dan diri sendiri .Selain itu termasuk,
spekulatif, petualang, dan "mental playfull" bersedia mengambil
risiko dalam pikiran dan tindakan, bahkan ke titik yang tidak disangka. Peka
terhadap detail, ide-ide dan hal-hal yang berhubungan dengan esetika yang
berkakteristik, bersedia untuk bertindak dan bereaksi terhadap rangsangan
eksternal dan ide-ide sendiri dan perasaan.
Alat yang dapat dipergunakan dalam melakukan identifikasi
anak berbakatdiantaranya adalah :
1.
Kemampuan
intelektual umum;
Galton dalam Conny Semiawan (1994; 124)“Pengukuran kemampuan intelektual umum
diperoleh melalui pengukuran kekuatanotot, kecakapan gerak, sensitivitas
terhadap rasa sakit, kecermatan dalampendengaran dan penglihatan, perbedaan
dalam ingatan dan lain-lain yang semuadisebut “tes mental”.
2.
Tes
inteligensi umum;
Salah satu perkembangan yang amat penting dalampengmbangan pengukuran
intelegensi adalah timbulnya skala Wechsler dalammengukur inteligensi orang
dewasa dengan menggunakan norma tes bagiperhitungan IQ yang menyimpang.
3.
Tes
kelompok kontra tes individual; Tes kelompok lebih banyak digunakan dalamsistem pendidikan,
pelayanan pegawai, industri dan militer. Tes kelompokdirancang untuk sekelompok
tertentu, biasanya tes kelompok menyediakan lembar jawaban dan “kunci-kunci”
tes. Bentuk tes kelompok berbda dari tes individualdalam menyusun item dan
kebanyakan menggunakan item pilihan ganda.
4.
Pengukuran
hasil belajar;
Tes ini mengukur hasil belajar stelah mengikuti prosespendidikan. Tes hasil
belajar ini berbeda dengan tes bakat, tes inteligensi, tes hasilbelajar pada
umumnya merupakan evaluasi terminal untuk menentukan kedudukanindividu setelah
menyelesaikan suatu latihan atau pendidikan tertentu.Penekanannya terutama pada
apa yang dapat dilakukan individu saat itu setelahmendapatkan pendidikan
tertentu.
5.
Tes
hasil belajar individual;
Pada umumnya tes hasil belajar adalah tes kelompokyang bermaksud membandingkan
kemajuan belajar antar individu sebaya, namun disini hanya hasil belajar
individual saja. Di Indonesia sering menggunakanpengukuran acuan norma (PAN)
dan pengukuran acuan kriteria (PAK).Di Indonesia nampaknya diperlukan adanya
standarisasi secara nasionaluntuk prosedur identifikasi anak berbakat ini. Isu
sentral dalam hal ini ialah bagaimanamenemukan model yang dianggap paling
efektif dari segi hasil (daya ramal terhadapperformasi peserta didik kemudian)
tetapi efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Halini disebabkan karena
kondisi sarana pendidikan, akses terhadap lembaga-lembagapemeriksaan
psikologis, dan kemampuan guru yang sangat beragam di Indonesia,sementara
perhatian kepada anak-anak berbakat merupakan persoalan pendidikansecara
nasional.
2.4 PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN BAGI MURID CERDAS DAN BERBAKAT
Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat
Istimewa (PDCI/BI) adalah wujud layanan pendidikan, dapat berupa program
pengayaan (enrichment) dan gabungan program percepatan dengan pengayaan
(acceleration-enrichment).
Program pengayaan adalah
pemberian pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang dimiliki dengan penyediaan kesempatan
dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman, setelah yang
bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk peserta didik
lainnya.
Gabungan Program Percepatan dan Pengayaan adalah adalah pemberian pelayanan pendidikan peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk dapat
menyelesaikan program regular dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding
teman-temannya yang tidak mengambil program tersebut.Artinya peserta didik
kelompok ini dapat menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 5
tahun, di SMP/MTs atau SMA/MA dalam waktu 2 tahun.
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik
Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (PDCI/BI) bertujuan :
1. Memberikan kesempatan kepada PDCI/BI untuk mengikuti
program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
2. Memenuhi hak asasi PDCI sesuai kebutuhan pendidikan
bagi dirinya.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses
pembelajaran bagi PDCI
4. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan
spiritual, emosional, sosial dan intelektual serta memiliki ketahanan dan
kebugaran fisik.
5. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam
pengetahuan dan seni, berkeahlan dan berketrampilan, menjadi anggota masyarakat
yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan
lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2.4.1
Bentuk
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Bagi PDCI/BI
Penyelengaraan program pendidikan
khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (PDCI/BI) dapat
dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelas inklusi dan satuan pendidikan
khusus.
1. Kelas khusus
adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik CI/BI
dikelas khusus adalah mata-mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika
dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
2. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran
bergabung dengan peserta didik program regular. Mata pelajaran yang
diberikan pada saat peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata
pelajaran lain diluar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA).
3. Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang
pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs) menengah (SMK/MA, SMK/MAK) yang semua
peserta didiknya memiliki potensi kecerdasan istimewa dan/atau bakat istimewa.
2.4.2
Bentuk Program
Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI
1. Program Pengayaan (enrichment), adalah
pemberian pelayanan pendidikan kepada PDCI/BI yang dimiliki, dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman setelah
yang bersangkutan menyelesaiakan tugas-tugas yang diprogramkan untuk peserta
didik lainnya. Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe “enriched
leaner” .Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan memperkaya materi
melalui kegiatan-kegiatan penelitian dsb, dan atau mendapat pengayaan dengan
pendalaman terutama bila ia akan mengikuti lomba kejuaraan mata pelajaran
tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi
dst). Fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada perluasan/pendalaman materi
yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu belajar di kelas. Artinya,
kelompok ini tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI dalam jangka waktu 6 tahun
atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.
2. Gabungan program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment),
adalah pemberian layanan pendidikan PDCI/BI untuk dapat menyelesaikan program
regular dalam jangka waktu yang lebih singkat disbanding temen-temannya yang
tidak mengambil program tersebut. Artinya waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa lebih cepat dibandingkan dengan siswa reguler. Pada
satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat
menjadi 5 (lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun
dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.Dalam program ini peserta didik tidak
semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi
sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman.
Pengayaan dapat dilakukan secara horizontal (menunjuk pada pengalaman belajar
di tingkat pendidikan yang sama, tetapi lebih luas) maupun vertikal (meningkatkan
kompleksitasnya). Bentuk layanan ini antara lain melalui kegiatan-kegiatan
penelitian ketika peserta didik mengikuti lomba kejuaraan untuk mata pelajaran
tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi, fisika, astronomi
dst).
2.4.3
Penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas
dan berbakat
Penyelenggaraan
pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat secara konvensional dapat di
kelompokkan ke dalam beberapa model,antara lain :
a. Model akselerasi : bisa dilakukan dalam
berbagai bentuk, mulai dari memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau
mengikuti bidang studi tertentu di kelas tinggi.
b. Model yang kedua adalah pengayaan yaitu
dengan memberikan tugas – tugas tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan
unggul. Model ini dapat memenuhi harapan murid cerdas dan berbakat dengan tidak
memisahkan mereka dari teman – teman yang biasa.
c. Model ketiga adalah pengelompokkan
berdasarkan kemampuan. Model ini dapat berupa kelas khusus di dalam sekolah.
Model pengelompokkan berdasarkan kemampuan di khawatirkan akan menumbuhkan
sikap ekslusif, elitisme dan memiliki perasaan berbeda dari yang lain.
d. Model yang keempat adalah dengan bimbingan
konseling, menurut torrance terdapat kecenderungan berkembang minat konseling
dalam mempertemukan kebutuhan siswa – siswa yang berkemampuan unggul dan
kreatif selama dekade terakhir.
2.5 TEKNIK
BIMBINGAN BAGI MURID CERDAS DAN BERBAKAT
Secara
kualitatif layanan bimbingan bagi murid
cerdas dan berbakat akan berbeda dari layanan bimbingan bagi anak pada umumnya.
Perbedaan itu muncul karena memang pada perbedaan kebutuhan. Layanan bimbingan
bagi murid cerdas dan berbakat tetap bertolak dari pandangan tentang hakekat
manusia sebagai makhluk pribadi sosial dan makhluk Tuhan. Dengan kata lain
murid cerdas dan berbakat dipandang sebagai suatu keutuhan pribadi sehingga
program layanan bimbingan yang dikembangkanpun mampu menyentuh semua dimensi
perkembangan pribadi secara utuh.
Sejalan dengan
karakteristik dan kebutuhan yang diuraikan sebagai hasil temuan studi, dimensi
keutuhan perkembangan pribadi yang dimaksud akan mencakup unsur-unsur berikut
ini.
a.
Pengembangan
Ranah Kognitif/Intelektual
Pengembangan ranah ini mengandung implikasi bagi guru untuk menyediakan
rentang pengalaman belajar yang luas dan dapat diakselerasikan dan
mengakselerasikan perkembangan kognitif anak berbakat.
b.
Pengembangan
Ranah Afektif
Layanan bimbingan yang perlu diberikan ialah memahami pikiran dan
harapan anak berbakat dengan sikap terbuka dan membantu anak memahami pikiran
dan harapan yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya di dalam
kehidupan kelompok.
c.
Pengembangan
Ranah Fisik
Kemampuan anak berbakat yang cenderung berkembang lebih awal dari usia
pada umumnya menghendaki layanan pendidikan yang memungkinkan anak memperoleh
pengalaman memadukan pola perkembangan berpikir dengan perkembangan fisik.
d.
Pengembangan
Ranah Intuitif
Funsi intuitif terlibat dalam pemunculan wawasan dan tindakan kreatif,
layanan pendidikan bagi anak berbakat perlu mempedulikan pengembangan
pengalaman yang mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi. Layanan
bimbingan diberikan dalam bentuk pengembangan lingkungan belajar yang
mengahadapkan anak kepada situasi atau stimulus yang dapat menumbuhkan
disequilibrium kognisi anak sehingga mendoromg dia untuk mencari informasi baru
dan alternatif pemecahannya.
e.
Pengembangan
Ranah Kemasyarakatan
Layanan bimbingan yang dapat diberikan ialah membantu anak memperoleh
pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota kelompok dan mampu berpartisipasi
dalam proses kelompok, memperluas perasaan keanggotaan kelompok ke arah
keanggotaan kemasyarakatan, memperluas identifikasi diri dari masyarakat
terbatas ke arah identifikasi terhadap masyarakat luas.
2.6 PENYELANGGARAAN
KELAS UNGGULAN SEBAGAI MODEL BIMBINGAN BAGI MURID CERDAS DAN BERBAKAT
2.6.1
Pengertian Kelas Unggulan
Kelas unggulan adalah suatu kelas yang terdiri atas
sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol, maka mereka dikelompokkan di
kelas tertentu pada SD Inti (Depdikbud.1996). Program pengajaran pada kelas
unggulan adalah program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku
ditambah dengan pendalaman materi matematika atau berhitung dan IPA serta
pelajaran Bahasa Inggris. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk memudahkan
membina siswa oleh guru dalam mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada
siswa seoptimum mungkin sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
2.6.2
Proses Belajar Mengajar di Kelas Unggulan
Proses Belajar Mengajar di kelas unggulan diupayakan
untuk memiliki keunggulan – keunggulan dari pada kelas biasa. Mengingat
tuntutan prestasi belajar bagi siswa kelas unggulan sangat tinggi, maka
memerlukan guru pembimbing khusus yang sesuai untuk mengajar, mengawasi,
membimbing, serta mengarahkan mereka yang di kelas unggulan agar dapat
berprestasi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa unggulan lebih
mendapatkan layanan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya.
Pola pelaksanaan pembelajaran unggul dikelas unggulan
adalah dengan kurikulum yang berlaku secara nasional, Selain itu diperlukan bahan dan sarana
pembelajaran yang lengkap, baik untuk pegangan siswa maupun guru. Begitu juga
alat peraga dan sarana belajar lainnya (seperti laboratorium) harus lebih baik
dari segi jumlah maupun kualitasnya. Diperlukan juga metode pembelajaran yang
variatif, sehingga diharapkan dapat lebih mengaktifkan siswa dengan merangsang
siswa untuk berpikir mengembangkan berbagai pertanyaan.
Pengelolaan kelas yang maksimal, tata tertib dan
disiplin yang tinggi, ragam kegiatan belajar dengan kurikulum plus, serta
penambahan waktu belajar di sekolah, Tugas-tugas PR lebih disesuaikan dengan
kehendak siswa untuk meningkatkan prestasinya. Umpan balik terhadap PBM harus
sering dilakukan. Evaluasi hendaknya benar-benar mendorong siswa untuk belajar.
2.6.3
Model-model
Penyelenggaraan Kelas Unggulan di SD
Penyelenggaraan kelas unggulan di berbagai daerah
bermacam-macam disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
1)
Penyelenggaraan Kelas
Unggulan di SD Inti dalam Satu Komplek Sekolah
Model penyelenggaraan kelas unggulan yang
paling banyak adalah diselenggarakan di SD Inti tetapi melibatkan SD-SD dalam
satu kompleks. SD-SD di luar kompleks SD tersebut meskipun ada dalam satu gugus
keberatan untuk mengikut sertakan peserta didiknya dalam kelas unggulan apalagi
bagi SD swasta.
2)
Penyelenggaraan Kelas
Unggulan Kecamatan
Penyelenggaraan kelas unggulan di SD Inti
di kota kecamatan dengan menampung siswa terbaik dari SD-SD di seluruh
kecamatan.
3)
Penyelenggaraan Kelas
Unggulan dalam Satu Komplek Secara Bergiliran
Pada model penyelenggaraan kelas unggulan
diselenggarakan di SD satu kompleks secara bergiliran.
4)
Penyelenggaraan Kelas
Unggulan pada Seluruh Jenjang Kelas
Model ini menyelenggarakan kelas unggulan
pada seluruh jenjang kelas dengan menambah waktu belajar selama dua jam
pelajaran.
2.6.4
Kelebihan dan Kekurangan Model Kelas Unggulan
Model kelas unggulan
memungkinkan guru mengembangkan suasana belajar kompetitif sehingga terjadi
persaingan sehat antar siswa dalam memperoleh prestasi terbaik. Menurut hasil
penelitian Muliyono (Mimbar Pendidikan No. 4 Tahun XI Desember 1992:22) suasana
belajar kompetitif unggul atas suasana belajar kooperatif. Jika kemampuan dan
kecerdasan peserta didik homogen. Namun di sisi lain model pengelompokkan
berdasarkan kemampuan dikhawatirkan akan menumbuhkan sikap eksklusif, elitisme,
memiliki perasaan yang berbeda dari yang lain, dan bahkan bisa menjadi besar
kepala. Studi Hallinan dan Sorensen (dalam Sunaryo Kartadinata. 1993/.45)
menunjukkan bahwa pengelompokkan kecakapan ini memiliki keunggulan dan
kelemahan dalam perkembangan sosial peserta didik. Keunggulannya ialah bahwa
model ini bisa memperkuat ikatan sosial sesama anggota kelompok, tetapi di
pihak lain jika tingkat kecakapan itu berkaitan dengan status sosial ekonomi,
etnis atau kelompok berlatarbelakang sama maka model ini akan menumbuhkan
klik-klik yang tidak sehat.
2.6.5
Bimbingan bagi Siswa Kelas Unggulan
Bertolak dari
antisipasi terjadinya dampak negatif penyelenggaraan kelas unggulan maka
penulis mengajukan gagasan agar siswa kelas unggulan tetap merupakan siswa dari
kelas biasa di sekolah masing-masing atau lazim dikenal dengan pull out
enrichment. Alternatif pertama: Siswa unggul bergabung dalam kelas unggulan
hanya dalam kurikulum plus, yaitu: mata pelajaran matematika atau berhitung,
IPA dan bahasa Inggris. Alternatif kedua: Unggul bergabung dalam kelas unggulan
pada setiap mata pelajaran matematika atau berhitung, IPA dan Bahasa Inggris
baik dalam pelaksanaan kurikulum biasa maupun kurikulum plus.
Keunggulan model ini
adalah siswa unggul berbaur dengan siswa biasa, siswa tidak merasa elit dan
perkembangan sosial anak tidak terganggu. Secara administrative SD imbas tidak
merasa ditinggalkan oleh siswa-siswa terbaiknya. Sekiranya penyelenggaraan
kelas unggulan tetap dilakukan seperti gagasan pemerintah dipusatkan dalam
kelas khusus di SD Inti, hendaknya dari sejak awal direncanakan program
bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Tujuan dan bimbingan
konseling anak berbakat adalah membantu perkembangan pribadi mereka dalam
menyingkirkan halangan emosional, lingkungan, serta membantu agar mampu
menggunakan kemampuannya seoptimal mungkin.
Sekaitan dengan
bimbingan dan konseling murid cerdas dan berbakat perlu dipahami bahwa
pencegahan masalah lebih penting dari remidi. Oleh karena itu model bimbingan
konseling yang dikembangkan adalah model bimbingan dan konseling perkembangan
atau development mental counseling.
2.6.6
Guru Kelas Unggulan
Guru kelas unggulan ialah guru kelas dengan ijazah
strata 1, yang memandu bidang studi khusus atau mata pelajaran tertentu.
Menurut Depdikbud Dirjen Dikdasmen (1996:5) yang dimaksud tenaga pengajar atau
guru kelas unggulan ini diambil dari sekolah inti atau sekolah imbas diwilayah
gugus sekolahnya melalui seleksi. Dengan demikian diharapkan guru kelas yang
mengajar dikelas unggulan mempunyai kualifikasi dan dedikasi yang tinggi untuk
mendukung pembelajaran kelas unggulan tersebut. Disamping wali kelas, ada guru
bimbingan konseling yang diberi tugas sebagai guru bimbingan dan penyuluhan.
Guru tersebut mempunyai fungsi untuk membimbing keberbakatan anak berbakat.
Fungsi dari konseling keberbakatan adalah :
1)
Membantu perkembangan
pribadi anak berbakat dan membantu mengatasi kendala-kendala emosional dan
kendala lingkungan,
2)
Membantu
memaksimalkan kemajuan belajarnya dan penempatanya pada kelompok, serta
kemudian menempuh karir professional sesuai bakat dan minat.
Adapun beberapa kriteria sebagai
seorang guru yang mengajar dikelas unggulan adalah sebagai berikut :
1)
Adalah guru yang
profesional dengan memiliki kompetensi-kompetensi yang tinggi dalam menguasai
kurikulum, materi pembelajaran, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran
dengan kualitas yang tinggi.
2)
Berprestasi,
menguasai tekhnik-tekhnik evaluasi pembelajaran, menguasai strategi
pembelajaran yang unggul.
3)
Memiliki disiplin dan
dedikasi yang tinggi, setia terhadap tugas, inovatif dan kreatif dalam
mendidik, mengasuh, membimbing kepada para siswa yang memiliki bakat dan
potensi yang unggul.
4)
Sehat jasmani dan
rohani, energik, berbenampilan, berbudipekerti luhur, dan senior dalam jenjang
pangkat ataupun pengalamanya.
5) Memiliki kelebihan khusus dibanding guru lainya baik
dalam bidang keterampilan, dalam mengampu suatu mata pelajaran khusus, maupun
dalam membimbing siswa pada materi-materi ekstra kurikuler.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.
Cerdas
yaitu Kemampuan untuk mempelajari fakta-fakta dan keahlian-keahlian serta mampu
menerapkan apa yang telah dipelajari, khususnya bila kemampuan ini telah
berhasil dikembangkan, kemampuan untuk memberikan respons secara cepat dan berhasil
pada suatu situasi yang baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam
memecahkan masalah, kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman,
kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan, kemampuan mental,
kemampuan untuk belajar, mengerti dan bernalar, kemampuan mental. Murid / anak
cerdas dalam istilah berbahasa Inggris disebut Bright Child. Ia berbeda dengan
anak-anak gifted (berbakat), karena Bright Children (anak cerdas ) sekalipun ia
mempunyai IQ melebihi rata-rata, namun Bright Children mempunyai kreativitas
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Sedangkan murid berbakat yaitu anak-anak
yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata anak normal, dengan batasan IQ di
atas 130, dengan kreativitas, motivasi dan ketahanan kerjayang tinggi
(Renzuli).
2.
Karakteristik
anak yang berbakat, dapat diamati lewat perkembangan akademik, social
emosional, dan fisik kesehatan anak. Sedangkan anak yang pintar dan cerdas
dapat dilihat dari kemampuan mereka mempertahankan informasi, ketertarikan terhadap
hal baru, kemampuan membaca dan menulis, ketertarikan di bidang seni dan music,
kemampuan konsentrasi, kemampuan ingatan, dan perbendaharaan / kosa kata yang
dikuasai, kejelian, kemampuan berfikirkritis, dan kemampuan memahami konsep
yang kompleks.
3.
Untuk
mengidentifikasi siswa yang cerdas dan berbakat dapat dilakukan sedini mungkin
melalui tahapan perkembangan anak. Ada 2 tahap identifikasi siswa cerdas di
sekolah, yaitu tahap penjaringan dan tahap seleksi. Alat yang digunakan sebagai
tolak ukur kecerdasan siswa antara lain :
a.
Kemampuan
intelektual umum
b.
Tes
intelegensi umum
c.
Tes
kelompok kontra tes individu
d.
Pengukuran
hasil belajar
e.
Tes
hasil belajar individual
4. Penyelengaraan program pendidikan khusus bagi Peserta
Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (PDCI/BI) dapat dilakukan dalam bentuk
kelas khusus, kelas inklusi dan satuan pendidikan khusus.
5. Sejalan dengan karakteristik dan kebutuhan
yang diuraikan sebagai hasil temuan studi, dimensi keutuhan perkembangan
pribadi yang dimaksud akan mencakup unsur-unsur berikut ini.
a.
Pengembangan
Ranah Kognitif/Intelektual
b.
Pengembangan
Ranah Afektif
c.
Pengembangan
Ranah Fisik
d.
Pengembangan
Ranah Intuitif
e.
Pengembangan
Ranah Kemasyarakatan
6.
Kelas unggulan adalah
suatu kelas yang terdiri atas sejumlah siswa yang karena prestasinya menonjol,
maka mereka dikelompokkan di kelas tertentu pada SD Inti (Depdikbud.1996).
Program pengajaran pada kelas unggulan adalah program pengajaran yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku ditambah dengan pendalaman materi matematika atau
berhitung dan IPA serta pelajaran Bahasa Inggris. Pengelompokkan ini
dimaksudkan untuk memudahkan membina siswa oleh guru dalam mengembangkan
kemampuan dan potensi yang ada pada siswa seoptimum mungkin sesuai dengan bakat
dan kemampuannya.
3.2 SARAN
Sebagai calon guru
professional, kita harus mampu membantu siswa untuk meningkatkan kecerdasannya
dan mampu mengembangkan bakat – bakat alami yang dimiliki oleh para siswa
sehinnga mereka dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang optimal.
Daftar
Pustaka
http://wahw33d.blogspot.com/2012/04/10-tanda-anak-anda-punya-otak-cerdas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar